batemuritour.com - Salah satu kebahagiaan yang paling sempurna dalam membina rumah tangga adalah memiliki anak dengan keadaan ekonomi yang cukup, di mana semua kebutuhan terpenuhi dan keinginan tercukupi. Suami dan istri bekerja sama untuk mencari nafkah yang bisa mencukupi dan memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Keberadaan anak dan keadaan ekonomi yang mencukupi menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap keluarga.
Namun, perlu diingat bahwa anak dan harta juga menjadi fitnah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Anfal ayat 28.
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ࣖ
Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.
Namun, apa yang dimaksud dengan fitnah dalam ayat ini?
Baca juga: Ingin Bekerja di Biro Haji dan Umrah? Ini dia 7 Peluang Karirnya!
Harta dan anak merupakan dua komponen penting yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan keluarga. Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir monumentalnya, Tafsir Mafatihul Ghaib, ia menjelaskan korelasi antara dua ayat tersebut. Menurutnya, penyebutan harta dan anak sebagai fitnah adalah peringatan dari Allah SWT kepada umat Islam.
Fitnah dalam konteks ini merujuk pada godaan dan ujian yang muncul akibat cinta dan keterikatan pada harta dan anak. Manusia sering kali lebih terfokus pada kedua hal tersebut daripada mengingat dan beribadah kepada Tuhannya, seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Anfal ayat 27.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”
Namun, berdasarkan pendapat Imam ar-Razi, keberadaan harta dan anak bukanlah musibah yang harus dihindari oleh keluarga. Keduanya seharusnya tidak menjadi penghalang bagi setiap keluarga untuk beribadah kepada Allah dan menjalankan semua tanggung jawabnya.
Sebaliknya, keberadaan harta dan anak seharusnya menjadi motivasi bagi setiap orang tua untuk semakin giat dan semangat dalam menunaikan semua kewajiban dan tanggung jawab mereka.
Baca juga: 6 Peluang Karir Lulusan Manajemen Dakwah yang Harus Diketahui
Imam Abu Ja'far at-Thabari juga memberikan pandangannya mengenai fitnah harta dan anak dalam ayat tersebut. Menurutnya, Allah SWT menjadikan keberadaan harta dan anak sebagai ujian dan cobaan bagi orang tua untuk melihat bagaimana mereka menggunakan harta dan memperlakukan anak-anak mereka dengan benar.
Dengan berpegangan pada pendapat at-Thabari, dapat disimpulkan bahwa keberadaan harta dan anak merupakan ujian dari Allah SWT kepada setiap orang tua. Ujian ini dimaksudkan untuk menguji sejauh mana orang tua mampu menunaikan dan menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang ditentukan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus memahami bahwa keberadaan harta dan anak adalah tanggung jawab yang harus kita jalankan dengan bijaksana. Kita harus menggunakan harta dengan cara yang halal dan bermanfaat, serta memperlakukan anak-anak kita dengan kasih sayang, pendidikan yang baik, dan pengajaran nilai-nilai agama yang benar.
Dalam menghadapi fitnah harta dan anak, kita perlu mengingat bahwa mereka merupakan ujian dari Allah SWT. Dengan kesadaran akan hal ini, kita akan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam mengelola harta dan mendidik anak-anak kita sesuai dengan ajaran-Nya.
Wallahua’lam Bishowab
Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan petunjuk dalam menghadapi fitnah harta dan anak. Semoga kita dapat menjalankan tanggung jawab kita dengan baik, sehingga harta dan anak menjadi sarana bagi kita untuk mendapatkan keberkahan-Nya. Amin.
Baca juga: Ingin Jadi Tour Leader Haji dan Umroh? Ini dia 6 Keterampilan Yang Harus Dipelajari