Batemuritour.com-Perjalanan naik haji ke Makkah bukan barang baru di Nusantara. Ibadah itu bahkan langgeng di masa penjajahan Belanda. Sekalipun pelaksanaan Rukun Islam kelima terbatas kepada mereka yang mampu. Semuanya karena ibadah haji membawa banyak manfaat. Dari ilmu agama hingga status sosial.
Belanda pun tak tinggal diam. Alih-alih hanya melihat ibadah haji sebagai muara pemberontakan, pemerintah kolonial justru melirik potensi keuntungan besar dari ibadah haji. Empunya kuasa pun ikut terlibat mengatur perjalanan haji.
Penyebaran Islam cukup masif di Nusantara. Islam yang dulunya memiliki status sebagai agama impor, berhasil menjadi agama mayoritas. Prestasi itu membuat sekolah agama -termasuk pesantren- muncul di mana-mana pada abad ke-19. Kepopuleran agama Islam makin meningkat seiring waktu. Apalagi kaum bumiputra justru lebih memilih untuk memperdalam ilmu agama dibanding dengan belajar ilmu pengetahuan di sekolah Belanda. Anggapan itu turun-temurun diamini umat Islam Nusantara.
Baca juga:
Kehadiran pendidikan agama itu membuat kaum Islam semangat menjalankan perintah agama. Mereka bahkan ingin menjalankan perintah agama dalam Rukun Islam kelima: naik haji ke Makkah bila mampu. Menabung jadi ajian utama kaum bumiputra.
Pergerakan umat Islam Nusantara berhaji mulanya tak digubris Belanda. Empunya kuasa juga tak mau mengatur terlalu jauh terkait hajat hidup beragama kaum bumiputra. Belanda merasa resikonya amat besar. Bisa-bisa eksistensi pemerintah kolonial Hindia Belanda terganggu.
Nyatanya, ibadah naik haji membawa resiko besar bagi Belanda. Umat Islam yang pulang berhaji tak melulu membawa ilmu agama, tapi juga paham impor. Pan Islamisme, namanya. Paham ini menitikberatkan bahwa umat Islam tak boleh dijajah Belanda yang notabene beragama Kristen.
Baca juga :
Pemberontakan yang digelorakan ulama yang baru pulang berhaji muncul di mana-mana. Langkah itu begitu merepotkan elite Belanda pada abad ke-19. Empunya kuasa jadi rugi waktu dan uang. Belanda sadar diri. Mereka mulai mengevaluasi bahwa kaum bumiputra tak dapat ditentang untuk berhaji secara terang-terangan.
Siasat pun dimainkan Belanda. Mereka mulai mengatur segala macam syarat untuk berhaji. Upaya itu dilakukan karena melihat antusias luar biasa umat Islam di Nusantara berhaji. Belanda yakin ibadah haji dapat membawa keuntungan besar.
Belanda pun tak main-main mematok biaya haji. Mereka coba membengkakkan biaya haji dengan banyaknya biaya tambahan perjalanan. Opsi itu membuat nyala api pemberontakan berkurang. Sebab, mereka yang berangkat ke Makkah terbatas pada orang kaya dan sangat kaya saja.
Baca juga :
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com