Hubungan Ibadah Haji dengan Organisasi Politik Islam di Indonesia

By. Siti Rahmawati - 20 Jul 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Elite agama abad XIX belum sepenuhnya menggunakan Islam sebagai ideologi politik untuk mencapai tujuan dan menata kekuasaan politik. Mereka masih memandang pemerintah kolonial dengan pendekatan tekstual; syariah atau fiqh dan aqidah atau tauhid.

 

Akan tetapi pandangan dan sikap politik elite agama yang pernah berhaji ke Makkah pada paruh pertama abad XX berbeda dengan ulama abad sebelumnya. Mereka lebih menekankan pada pendekatan kontekstual. Sejalan dengan itu, di kalangan masyarakat muslim mulai timbul gerakan-gerakan pembaharuan yang bertujuan mempersatukan kekuatan muslim untuk melawan hegemoni dari kolonialisme pemerintah Belanda.

 


Berbagai gerakan pembaharuan banyak dimotori oleh para ulama haji yang telah pulang ke tanah air. Gerakan pembaharuan yang dimunculkan oleh sebagian ulama haji ini melahirkan hubungan kuat antara haji dengan organisasi politik Islam.

Organisasi politik Islam merupakan kelompok yang bergerak atau berkepentingan serta terlibat dalam proses politik dan secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut berdasarkan nilai-nilai Islam. 

 

Baca juga : 

 

Sebuah organisasi terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Gerakan-gerakan ini mempunyai misi untuk mengubah suatu pola pemikiran menjadi sebuah tindakan. Beberapa bentuk gerakan tersebut adalah PSII dan Permi.

 

PSII pada awal mulanya berupa organisasi yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhoedi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.

 

SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhoedi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh.

 

Baca juga : 

 

Sarekat Islam tidak bisa dipisahkan dari peran ulama haji seperti Haji Samanhoedi. Ia lahir di desa Sondokrono sebagai seorang anak pedagang batik yang bernama Haji Moehammad Zen. Setelah ia menyelesaikan pendidikan rendahnya di sekolah kelas dua, Samanhoedi membantu ayahnya dalam berdagang batik. Pada tahun 1904 ia pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan kembali pada tahun berikutnya.

Walaupun pengetahuannya tentang Islam terbatas, ia seorang yang beriman. Dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang muslim yang tipikal pada masanya.

 

Adapun tokoh SI lainnya yang cukup berpengaruh adalah H.O.S Tjokroaminoto, seorang lulusan OSVIA atau yang lazim disebut sekolahm administrasi pemerintah Belanda. Meski ia lulusan OSVIA, ia tidak pernah menjadi pegawai pemerintah karena lebih tertarik pada dunia politik.


 

Di dalam Sarekat Islam, Tjokroaminoto juga dibantunoleh Haji Agus Salim dalam memperjuangkan keberadaan Sarekat Islam. Pengalaman ketika bekerja di Jeddah telah mewarnai pemikiran politiknya di Sarekat Islam. Pada waktu itu, Pan-Islamisme sedang menjadi ideologi yang begitu diminati di dunia Islam. Di waktu yang sama juga mulai berhembus arus modernisme dari Mesir dan gerakan puritanitas yang dipelopori oleh Ibn Abdul Wahab di Hijaz. Agus Salim menjadikan Pan-Islamisme dan modernisme sebagai basis utama untuk aktivitas politiknya.

 

Baca juga : 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com

 









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp