Sejarah Singkat Kota Jeddah : Pintu Gerbang Dua Tanah Haram

By. Siti Rahmawati - 25 Jul 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Jika berbicara tentang tanah suci umat Islam, biasanya pikiran akan membayangkan Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.

 

Di Makkah, Nabi Muhammad SAW lahir. Di sana pula terdapat Ka’bah, situs suci yang menjadi arah kiblat kaum Muslimin ketika melaksanakan shalat. Di Madinah, yang berjarak sekitar 440 kilometer dari kota tempat kelahiran Rasulullah SAW tersebut, Masjid Nabawi berdiri. Daerah permukiman yang dahulu bernama Yastrib itu juga merupakan lokasi makam Nabi SAW.

 

 

Sumber gambar : Republika

 

Baca juga : 

 

Di luar kedua kota suci itu, ada kota-kota lain di Jazirah Arab yang mempunyai nilai historis bagi Muslimin. Secara etimologis, nama Jeddah berasal dari bahasa Arab, Jaddah atau Juddah, yang berarti ‘nenek.’ Konon, nama ini berkaitan dengan narasi yang disampaikan turun-temurun bahwa nenek moyang manusia, Hawa, dikuburkan di daerah ini. Oleh karena itu, kota tersebut menjadi salah satu tempat yang biasa dikunjungi oleh wisatawan Muslim atau jamaah haji dan umrah.

 

Sejak tahun 648 Masehi Jeddah menjadi pintu masuk bagi mereka yang hendak mencapai Makkah dan Madinah dari Laut Merah. Fungsinya sebagai pelabuhan kemudian dikukuhkan oleh Utsman bin Affan, sang khalifah ketiga era Khulafaur rasyidin. Sejak saat itu, kota ini semakin berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi bangsa Arab dan umumnya daulah Islam.

 

Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, pusat kekuasaan Islam berpindah dari Madinah berturut-turut ke Damaskus dan Baghdad. Geliat pertumbuhan ekonomi Jeddah pun turut terpengaruh pada zaman dua kekhalifahan tersebut. Bagaimanapun, kota ini tidak lantas diabaikan para khalifah. Beberapa raja Muslim mendirikan benteng-benteng yang kokoh untuk melindunginya.

 

Abad ke-20 M menjadi saksi kian kuatnya imperialisme dan kolonialisme Barat. Setelah ratusan tahun mengendalikan Jeddah, pada 1910 Turki Utsmaniyah akhirnya menyerahkan pemerintahan kota tersebut kepada Britania Raya. Ketika Jazirah Arab dilanda perpecahan antara kalangan pendukung syarif Makkah dan Ibnu Saud, Jeddah pun menjadi rebutan masing-masing kubu.

 

Baca juga : 

 

Pada 23 September 1932, Kerajaan Arab Saudi mulai berdiri. Abdul Aziz bin Saud menjadi raja pertamanya. Kepemimpinan lelaki kelahiran Kota Riyadh itu disambut negara-negara Barat—semisal Inggris,Prancis, dan Belanda—dengan pengakuan resmi.

 

Sebelum menguasai mayoritas Jazirah Arab, Ibnu Saud berhasil mengalahkan kekuatan syarif Makkah, Husain bin Ali. Kedua belah pihak terlibat perang terbuka pada 1924. Pada tahun 1926, pendukung paham Wahabisme itu dapat menguasai Haramain.

 

Dalam masa itu, Ibnu Saud mulai merombak sistem administrasi haji. Ia memperbaiki proses pemeriksaan kesehatan jamaah haji. Begitu pula dengan aspek keamanan bagi mereka. Sosok yang pada akhirnya meletakkan dasar Dinasti Saudi itu juga membasmi pungutan-pungutan liar, yang sejak pecahnya Perang Dunia I amat merepotkan orang-orang yang hendak berziarah ke Tanah Suci.

 

Oleh Dinasti Saud, Jeddah dimasukkan secara administratif ke dalam kawasan Hijaz. Mulai saat itu pula, renovasi dan modernisasi Kota Jeddah digiatkan, khususnya usai Perang Dunia II. Pembangunan gedung-gedung dan jalan-jalan dilakukan secara bertahap dan berjalan dengan cepat karena disokong oleh dana yang besar.

 

Baca juga : 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp