Kedudukan Dan Fungsi Ṭarekat dalam Tasawuf

By. Siti Rahmawati - 11 Aug 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com-Tarekat berasal dari bahasa Arab tariqah, (jamak: turuq atau taraiq), yang berarti: jalan atau metode atau aliran (madzhab). Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan untuk sampai (wusul) kepada-Nya. Tarekat merupakan metode yang harus ditempuh seorang sufi dengan aturan-aturan tertentu sesuai dengan petunjuk guru atau mursyid tarekat masing-masing, agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.

 

Tarekat secara literal juga bermakna jalan tanpa rambu di padang pasir. Jalan ini tidak ditandai dengan rambu keluar yang jelas, laksana jalan bebas hambatan. Untuk menemukan jalan keluar di padang pasir tanpa rambu ini, kita perlu mengenal daerah tersebut dengan baik, atau kita memerlukan pemandu yang mengetahui arah yang dituju dan akrab dengan tanda-tanda setempat.

 

Memasuki tahapan ini, seorang murid mencapai kekuatan untuk memulai tasawuf; mengubah pemahaman ibadah eksoterik (lahiriah) menjadi ibadah esoterik (batiniah). Tanpa ada kepatuhan yang tinggi, kebajikan, ketabahan, dan kesabaran, seorang murid tidak akan mampu memasuki tahap ini.

 

Suatu ketika, Syaikh Bahauddin al-Naqsyabandi ditanya, apa tujuan ṭarekat? Beliau menjawab: “Tujuannya adalah untuk mengetahui secara rinci apa yang baru engkau ketahui secara singkat, dan untuk merasakan dalam penglihatan apa yang engkau ketahui lewat penjelasan dan argumen”.

 

Baca juga : 

 

Tujuan ṭarekat adalah untuk memperkuat keyakinan terhadap syari’at, meyakini kebenarannya, mematuhi ajaran-ajarannya dengan senang dan spontan, mengikis kemalasan dan meniadakan penentangan atas keinginan diri (nafsu). Ahli tasawuf mengaitkan istilah ṭarekat dengan firman Allah Swt.

 

وَأَلَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا۟ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّآءً غَدَقًا

 

Artinya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) 

(QS. Al-Jin [72]: 16)

 

Metode yang digunakan para sufí untuk mendekatkan diri kepada Allah berbeda beda, sebagian mereka melalui cara selalu dalam keadaan ẓikir kepada Allah (mulāzamah al-zikr), selalu melatih diri (riyāḍah), selalu bersungguh-sungguh untuk membersihkan hati dan sifat-sifat tercela dan hawa nafsu (mujāhadah). 

 

Sebagian yang lain melalui tujuh metode yaitu: memperingati diri (musyāratah), mengawasi diri (murāqabah), introspeksi diri (muhāsabah), menghukum diri (mu’āqabah), kesungguhan lahir-batin (mujāhadah), menyesali diri (mu’ātabah), dan pembukaan hijab (mukāsyafah). Bersamaan dengan itu mereka akan melintasi tingkatan-tingkatan (maqāmat) antara lain taubat, sabar, ridha, zuhud, mahabbah, dan ma’rifat.

 

Baca juga :

 

Ṭarekat yang ditempuh oleh para sufí berupa ibadah ẓikir yang berasal dari praktik Nabi Muhammad Saw. yang kemudian diamalkan oleh al-khulafa’ al-rasyidūn, tabi’īn, tabi’i at-tabi’īn, dan seterusnya sampai kepada para syaikh atau mursyid secara sambung menyambung sampai sekarang. J. Spencer Trimingham menyimpulkan perkembangan tarekat sebagai berikut:

 

1. Tahap khanqah terjadi sekitar abad ke-10 M. Pada tahap ini tarekat berarti jalan atau metode yang ditempuh seorang sufi untuk sampai kepada Allah secara individual (farḍiyah). Pada masa ini para sufí melaksanakan kontemplasi dan latihan-latihan spiritual secara individual.

 

2. Tahap ṭarekat terjadi sekitar abad ke-12 M. Pada masa ini sudah terbentuk ajaran ajaran, peraturan dan metode tasawuf, muncul pula pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-masing. Pada tahap ini tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.

 

3. Tahap ṭā’ifah terjadi pada abad ke-15 M. Pada masa ini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan-peraturan dari guru tarekat yang disebut syaikh kepada para pengikut atau murid-muridnya. Pada masa ini muncul organisasi-organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain, misalnya Tarekat Qadiriyah, tarekat Naqsyabandiyah, dan Tarekat Sadziliyah.


Dalam tradisi ṭarekat, murid-murid biasanya berkumpul di suatu tempat yang disebut ribāt, zāwiyah, atau khanqah untuk melakukan latihan-latihan ruhani (ẓikir Allāh) yang materi pokoknya adalah membaca istighfar, membaca salawat nabi dan membaca ẓikir nafi isbāt dan ismu żāt secara bersama di bawah bimbingan guru (mursyid), yang di dalamnya ada ajaran-ajaran (‘amaliyyah), aturan-aturan (adab), kepemimpinan (mursyid), hubungan antara murid dan mursyid atau antara guru dengan anggota tarekat, wāsilah, rābiṭah, silsilah, ijāzah, sulūk, dan ritual-ritual seperti bay’ah atau talqīn, khusūsiyah, haul, dan manāqib.

 

Baca juga : 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp