Kisah Manna dan Salwa, Hidangan Lezat dari Allah yang Disia-siakan Bani Israil

By. Siti Rahmawati - 21 Aug 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com-Ketika kaum Yahudi berada di padang pasir da­lam perjalanan melarikan diri dari Mesir atau ketika terkurung di gurun Sinai selama 40 tahun, mereka merasa sangat berat merasakan teriknya panas matahari. Mereka mengadu kepada Nabi Musa. Setelah Nabi Musa berdoa, Allah SWT melindungi mereka dengan awan.

 

Kemudian, ketika Bani Israil kesulitan makanan, mereka mengadu lagi kepada Nabi Musa. Nabi Musa berdoa lagi ke­pada Allah, maka Allah mengirimkan makanan yang disebut ‘manna’ dan ‘sal­wa.’ Menurut Ash-Shabuni dalam Shaf­wah at-Tafsir, manna adalah sejenis madu yang dijadikan minuman setelah dicampur air. (Shafwah at-Tafsir I: 60). Menurut Quraish Shihab, manna adalah butiran-butiran berwarna merah yang ter­himpun pada dedaunan, yang biasanya turun saat fajar menjelang terbitnya mata­hari.

 

Menurut Thahir bin Asyur, yang dikutip Quraish Shihab, manna adalah satu bahan semacam lem dari udara yang hinggap di dedaunan mirip dengan gan­dum yang basah. Rasanya manis ber­cam­pur asam, berwarna kekuningan. Banyak ditemukan di wilayah Turkistan dan beberapa tempat lain. Ia baru ditemukan di Sinai sejak Bani Israil tersesat di sana (Tafsir Al-Misbah, I: hlm. 196) 

 

Sedangkan salwa, menurut Ash-Shabuni, adalah sejenis burung mirip as-samani yang lezat dagingnya (Shafwat at-Tafsir, I: hlm. 60). Menurut Quraish Shihab, salwa adalah sejenis burung pu­yuh yang datang berbondong-bondong, yang berhijrah dari satu tempat, yang de­ngan mudah ditangkap untuk disembelih dan dimakan. Burung itu mati apabila men­de­ngar suara guntur, karena itu mereka berhijrah mencari daerah-daerah bebas hujan (Tafsir al-Misbah, I: hlm 196).

 

Baca juga:

 

Allah menyuruh mereka memakan makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka, dan mengingatkan mereka untuk tidak lagi berbuat dlalim. Setiap makanan yang di­kon­sumsi, disamping halal harus meme­nu­hi kriteria baik (thayyibah), seba­gai­mana firman Allah berikut.

 

وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَـٰلاً۬ طَيِّبً۬ا‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤۡمِنُونَ -٨٨-

 

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah re­zekikan kepadamu. Dan bertakwa­lah kepada Allah yang kamu beriman ke­pada-Nya,” 

(QS. al-Maidah: 88)

 

Baik buruknya suatu makanan (dan minuman) ditentukan oleh higienisnya makanan tersebut. Selain itu, kesesuaian dengan keadaan fisik orang yang mema­kannya. Dalam konteks manna dan salwa, Allah telah menegaskan bahwa kedua jenis makanan itu termasuk dalam kategori thayyibat.

 

Apakah Bani Israil puas dan kemudian mensyukuri nikmat itu? Rupanya tidak. Mereka tidak bersyukur dan tetap mem­bangkang terhadap Nabi Musa. Pada ayat 61 surat al-Baqarah, dinyatakan bahwa mereka merasa bosan dengan ma­­­kanan manna dan salwa. Mereka me­­minta yang lain berupa sayuran, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah yang bisa dikonsumsi sewaktu mereka berada di Mesir.

 

وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَـٰمُوسَىٰ لَن نَّصۡبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ۬ وَٲحِدٍ۬ فَٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُخۡرِجۡ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلۡأَرۡضُ مِنۢ بَقۡلِهَا وَقِثَّآٮِٕهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِہَا وَبَصَلِهَا‌ۖ

 

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, mami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk ka­mi kepada Tuhanmu, agar Dia me­ngeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah”.

 (QS Al-Baqarah/2: 61)

 

Baca juga : 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp