batemuritour.com - Pada dasarnya, sebagai makhluk Allah, manusia diberikan akal dan nafsu. Akal adalah cahaya yang memandu kita menuju jalan kebaikan dan kebenaran, sementara nafsu adalah hawa nafsu dalam diri kita yang kadang-kadang menghendaki hal-hal yang melawan akal dan nilai-nilai spiritual.
Baca juga: Nasihat Ali Bin Abi Thalib Tentang Menghormati Orang Tua
Hawa Nafsu dan Kewajiban Agama
Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya dan tidak mendahulukan ridha Allah dan Rasul-Nya. Mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lalai. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi (18:28) yang menyatakan:
وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
"Dan (demikian pula) janganlah kamu mematuhui orang yang telah Kami jadikan hatinya lalai dari mengingat Kami dan menuruti hawanya, serta keadaannya itu melampaui batas."
Ayat ini menekankan pentingnya untuk tidak membiarkan hawa nafsu menguasai diri kita. Ketika seseorang membiarkan nafsunya mengambil alih, maka agama dan keimanan menjadi terpinggirkan.
Imam Syarafuddin Al-Bushiri dalam syairnya juga menerangkan
النَفْسُ كَالطِفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى # حُبِّ الرَضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Hawa nafsu itu seperti anak kecil, jika kau biarkan menyusu sampai dewasa,
Dia akan terus menyusu. Tapi jika engkau memisahkannya dia akan berhenti.
كَمْ حَسَّنَتْ لَذَّةً لِلْمَرْءِ قَاتِلَةً # مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السُمَّ فيِ الدَسَمِ
Betapa sering nafsu menjadikan sesuatu yang nikmat namun mematikan itu terlihat baik.
Sampai-sampai orang tidak tahu bahwasannya ada racun di dalam lemak.
Perumpamaan Hawa Nafsu
Dalam berbagai literatur agama, nafsu sering diumpamakan seperti seorang anak kecil yang sedang menyusu. Anak yang menyusu biasanya tidak akan berhenti menyusu jika tidak diberhentikan menyusu (disapih) pada waktunya.
Demikian pula, nafsu manusia cenderung terus menerus menginginkan hal-hal yang kadang-kadang tidak baik untuk dirinya. Jika manusia tidak memaksakan dirinya untuk berhenti menuruti hawa nafsunya, maka dapat dipastikan ia tak akan pernah bisa berhenti selamanya.
Kendali atas Hawa Nafsu
Mengendalikan hawa nafsu adalah tantangan besar, tetapi Syair Bushiri dan ajaran agama lainnya memberikan panduan tentang cara melakukannya. Ini termasuk:
1. Berdzikir dan Berdoa: Berdzikir atau mengingat Allah secara teratur adalah cara untuk menjaga nafsu tetap dalam kendali. Doa juga dapat meminta petunjuk dan kekuatan dari Allah untuk tidak tergoda oleh hawa nafsu.
2. Pemahaman Al-Qur'an: Memahami ajaran Al-Qur'an dan Hadis adalah kunci dalam mengenali perbedaan antara apa yang diinginkan oleh nafsu dan apa yang dikehendaki oleh Allah. Al-Qur'an adalah panduan yang jelas bagi umat manusia.
3. Bertobat: Jika seseorang merasa telah terjerumus dalam dosa atau mengikuti hawa nafsu, bertobat adalah langkah pertama untuk memperbaiki diri. Bertobat dengan tulus dan bertaubat kepada Allah merupakan langkah penting dalam memperoleh pengampunan dan kembali ke jalan yang benar.
4. Kendalikan Lingkungan: Memastikan bahwa kita berada di lingkungan yang mendukung nilai-nilai agama dan membantu kita menjaga kendali atas nafsu.
5. Introspeksi: Melakukan introspeksi diri secara rutin, mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pribadi, dan bekerja untuk memperbaikinya adalah bagian penting dari perjalanan rohani.
6. Kepatuhan Terhadap Ajaran Agama: Mendengarkan dan mengikuti ajaran agama dan petunjuk dari guru agama yang baik adalah langkah yang penting untuk mengendalikan hawa nafsu.
Baca juga: Nasehat Imam Syafi’I Bagi Penuntut Ilmu
Hawa nafsu adalah ujian bagi setiap manusia, dan mengendalikannya adalah salah satu tugas paling penting dalam perjalanan spiritual. Syair Bushiri, bersama dengan ajaran agama lainnya, memberikan wawasan tentang bahaya mengikuti hawa nafsu dan cara-cara untuk mengendalikannya. Dengan kesadaran, pengendalian diri, dan ketekunan, manusia dapat memastikan bahwa nafsu tidak mengambil alih dan bahwa agama dan keimanan tetap menjadi prioritas utama dalam hidup mereka.