batemuritour.com - Hai sobat Annabil!!! taukah kalian tentang perbuatan bohong? Berikut ini penjelasan seputar bohong yang dilarang dalam ajaran Islam berdasarkan dalil-dalil yang dikutip dari al-Quran ataupun al-Hadist
Beberapa ayat dalam al-Quran telah menyampaikan pesan tentang bahayanya berbohong sebagai suatu perilaku yang tidak disukai Allah SWT. Selain berdosa, berbohong juga dapat membahayakan tidak hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain. Dengan berbohong, kita dapat kehilangan kepercayaan, merasa gelisah, terbiasa (kecanduan), menimbulkan masalah baru dan sulit untuk berkata jujur
Baca juga: Sunnah - Sunnah Dalam Berpuasa, Nomor 3 Jangan dilalaikan
Membasah tentang tindakan berbohong, Allah SWT melalui firman-Nya telah banyak berpesan kepada manusia untuk selalu berhati-hati dalam berbicara. Sebagaimana pada Qs Al Isra ayat 36
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
Juga pada surat Qaf ayat 18
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
Kedua ayat diatas memberikan pesan peringatan bagi kaum Muslimin bahwa setiap perkataan dan perbuatan manusia selalu dalam pengawasan Allah SWT, dan Dia Maha mengetahui segala yang tidak kamu ketahui.
"Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.‘” (HR. Bukari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad ibn Hanbal).
Berdasar pada dasar-dasar di atas, para kalangan ulama terdahulu menjelaskan beberapa hal tentang kebohongan yaitu
Ibnu 'Abbas berkata, "Jangan memberi kesaksian, kecuali apa yang telah engkau lihat dengan kedua mata kepalamu, apa yang kau dengar dengan telingamu, dan apa yang diketahui oleh hati dengan penuh kesadaran."
Kesaksian palsu dapat berdampak pada tuduhan yang tidak benar kepada orang lain, hal ini seringkali berdampak pula pada perilaku kezaliman dari segi hukum atau berujung pada tindakan fitnah.
Qatadah berkata, "Jangan kamu berkata, "Saya telah mendengar," padahal kamu belum mendengar, dan jangan berkata, "Saya telah melihat," padahal kamu belum melihat, dan jangan kamu berkata, "Saya telah mengetahui," padahal kamu belum mengetahui."
Seabagaiaman pada hal kesaksian palsu, keterangan palsu juga dapat berdampak pada tuduhan yang tidak benar kepada orang lain, hal ini seringkali berdampak pula pada perilaku kezaliman dari segi hukum atau berujung pada tindakan fitnah. Dalam beberapa kasus juga dapat menjadi awal mula adanya adu domba yang merusak persatuan masyarakat.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan larangan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui ialah perkataan yang hanya berdasarkan prasangka dan dugaan, bukan pengetahuan yang benar, seperti tersebut dalam firman Allah:
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. (al-Hujurat/49: 12)
Dan seperti tersebut dalam hadis:
Jauhilah olehmu sekalian prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta. (Riwayat Muslim, Ahmad, dan at-Tirmizi dari Abu Hurairah)
Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah larangan kepada kaum musyrikin mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka, dengan taklid buta dan mengikuti keinginan hawa nafsu. Di antaranya adalah mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka menyembah berhala, dan memberi berhala itu dengan berbagai macam nama, seperti tersebut dalam firman Allah:
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya (an-Najm/53: 23)
Allah swt lalu mengatakan bahwa sesungguhnya pendengaran, peng-lihatan, dan hati akan ditanya, apakah yang dikatakan oleh seseorang itu sesuai dengan apa yang didengar suara hatinya. Apabila yang dikatakan itu sesuai dengan pendengaran, penglihatan, dan suara hatinya, ia selamat dari ancaman api neraka, dan akan menerima pahala dan keridaan Allah. Tetapi apabila tidak sesuai, ia tentu akan digiring ke dalam api neraka.
Dalam salah satu hadist dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
"Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia"
Hadist di atas menjelaskan bahwa perbuatan mengadu domba merupakan salah satu perbuatan bohong yang juga dilarang Allah SWT
Baca juga: Antara Ta'abbudi dan Ta'aqquli, Macam Ibadah
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sekian pembahasan Annabil kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com