Profil Syeikh Said Ramadan al-Bhuti: Ulama dan Cendekiawan Islam Terkemuka

By. Ibnu Fikri Ghozali - 15 Nov 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com-Syeikh Said Ramadan al-Bhuti lahir pada tahun 1929 di desa Buhayra, dekat Damaskus, Suriah. Dalam keluarga yang terkemuka secara ilmiah, beliau memiliki dasar kuat untuk mengejar ilmu agama Islam sejak dini.

 

Baca juga: Ibnu Sina: Figur Besar Peradaban Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Kedokteran

 

Syeikh al-Bhuti memulai perjalanan pendidikannya di Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, salah satu pusat ilmu pengetahuan Islam terkemuka di dunia. Di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka, beliau mendalami berbagai cabang ilmu, terutama fiqh dan ushul al-fiqh. Keseriusannya dalam mengejar ilmu mencatat prestasi dengan meraih gelar doktor dalam bidang Ushul al-Fiqh.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di al-Azhar, Syeikh al-Bhuti kembali ke Suriah dan menjadi seorang profesor di Universitas Damaskus. Peran pengajarnya mencakup berbagai aspek ilmu Islam, dan beliau dikenal sebagai guru bagi banyak siswa dan mahasiswa di wilayah tersebut.

 

Syeikh Said Ramadan al-Bhuti dikenal sebagai penulis prolifik. Karya-karyanya mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk fiqh, ushul al-fiqh, dan pemikiran Islam. Pemikirannya mencerminkan pendekatan tradisional dan mengikuti garis ahlus sunnah wal jama'ah.

 

Beberapa buku dan makalahnya menjadi rujukan dalam pemahaman Islam tradisional. Karya-karyanya sering kali membahas isu-isu kontemporer dengan merujuk pada prinsip-prinsip Islam yang relevan.

 

Baca juga: Al-Kindi: Ilmuan Besar Islam yang Menerangi Dunia

 

Syeikh al-Bhuti tidak hanya seorang akademisi, tetapi juga terlibat dalam berbagai upaya untuk mempromosikan pemahaman Islam yang moderat dan toleran. Dalam pandangannya, Islam adalah agama yang menyuarakan kedamaian, keadilan, dan toleransi.

 

Terkait dengan gerakan Islamis radikal, Syeikh al-Bhuti mengambil sikap kritis. Beliau berpendapat bahwa Islam adalah agama rahmatan lil-alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan menentang tafsiran ekstrem yang merugikan citra Islam.

 

Tragedi melanda Syeikh Said Ramadan al-Bhuti pada 21 Maret 2013, ketika masjidnya di Damaskus diserang oleh bom. Insiden ini merupakan bagian dari konflik yang sedang berkecamuk di Suriah. Meskipun telah meninggalkan dunia, pemikiran dan warisan intelektualnya tetap hidup melalui karya-karyanya dan pengaruhnya terhadap para pengikutnya.

 

Baca juga: Mengenal Salman al-Farisi: Sahabat Terpilih dalam Sejarah Islam

 

Penting untuk dicatat bahwa pandangan terhadap tokoh agama seperti Syeikh al-Bhuti dapat bervariasi, dan interpretasi terhadap karya dan pemikirannya dapat dipengaruhi oleh konteks dan sudut pandang tertentu.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp