batemuritour.com- Hai sobat batemuri!! Iri hati seringkali dianggap sebagai sifat yang negatif dalam banyak kepercayaan, namun dalam ajaran Islam, terdapat pengecualian di mana iri hati diperbolehkan. Hadis Nabi Muhammad SAW menguraikan dua aspek di mana iri hati diperbolehkan, yaitu terkait kegemaran membaca Al-Qur'an dan kegemaran bersedekah. Namun, perlu dipahami bahwa dalam Islam, ada dua jenis iri hati: hasad (iri hati yang berujung pada keburukan) dan al-ghibthah (iri hati yang dapat memunculkan motivasi dalam kebaikan).
Baca Juga: Bahaya!! Ini Dia 10 Dampak Lakukan Pekerjaan Haram dalam Islam
1. Kegemaran Terhadap Al-Qur'an
Allah memberikan karunia Al-Qur'an kepada orang yang Dia kehendaki, sebagai cahaya bagi jiwa. Iri hati yang diperbolehkan dalam hal ini adalah al-ghibthah, di mana seseorang mengharapkan nikmat Allah pada dirinya sendiri tanpa menginginkan hilangnya nikmat itu dari orang lain. Orang yang memiliki kecintaan dan keterlibatan aktif dengan Al-Qur'an, baik dalam membaca, mengajarkan, mengkaji, atau mengamalkannya, menjadi objek iri hati yang diperbolehkan.
2. Kegemaran Terhadap Bersedekah
Harta yang dimiliki seseorang adalah karunia dari Allah, dan menginfakannya adalah tindakan syukur atas nikmat tersebut. Iri hati yang diperbolehkan dalam hal ini adalah al-ghibthah, di mana seseorang mengharapkan nikmat Allah pada orang yang dermawan tanpa menginginkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut. Orang yang gemar berinfak, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, menjadi objek iri hati yang diperbolehkan.
Mengapa Hanya Terhadap Dua Kelompok Orang Ini?
Rasulullah SAW membolehkan iri hati terhadap kedua kelompok ini untuk memberikan motivasi kepada umat Islam. Banyak dari mereka yang sulit membaca Al-Qur'an atau bersedekah meskipun mereka memiliki kemampuan atau rezeki yang cukup. Oleh karena itu, hadis ini memberikan dorongan untuk mengubah orientasi hidup dari kesenangan duniawi menuju kebaikan akhirat.
Iri Hati dalam Kebaikan sebagai Ciri Khas Para Sahabat
Para sahabat Nabi merupakan teladan dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Mereka selalu termotivasi untuk berbuat baik, bahkan sampai saling berebutan dalam mendukung kebaikan. Keinginan untuk memperoleh kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat merupakan ciri khas dari para sahabat, yang mengilhami kita untuk mengejar kebaikan dengan semangat yang sama.
Dalam sebuah riwayat, terdapat cerita tentang seorang sahabat yang berkompetisi membeli dua potong kain dengan harga lebih tinggi dari nilai aslinya untuk membantu seorang yang membutuhkan. Ini menunjukkan betapa para sahabat Nabi berlomba-lomba dalam mendukung kebaikan, bahkan melebihi dari yang diharapkan.
Baca Juga: Hilangkan Kesedihan, Ini Dia 8 Manfaat Mendengar Sholawat dalam Islam
Dengan demikian, dalam ajaran Islam, iri hati terhadap kebaikan dapat menjadi pemicu semangat untuk melakukan amal baik. Namun, hal ini harus diarahkan dengan benar, yakni mengikuti jejak para sahabat dalam berlomba-lomba dalam kebaikan tanpa menyingkirkan nilai-nilai kejujuran, kemurahan hati, dan keikhlasan