Batemuritour.com- Gus Baha, atau Ahmad Bahauddin Nursalim, dikenal dengan kekhasan ceramahnya yang santai dan penuh guyonan. Salah satu cerita lucu yang disampaikan oleh Gus Baha adalah kisah Abu Nawas saat menjadi imam shalat Jenazah. Simak cuplikan ceramahnya yang mengundang tawa namun sarat makna.

Baca juga: Perjalanan Ilmu dan Kearifan Imam Syafi'i: Pemikiran dan Warisan

Suatu ketika, Abu Nawas mendapati dirinya menjadi imam shalat Jenazah. Namun, dalam kecerobohannya, ia malah melakukan rukuk dan sujud, yang seharusnya tidak ada dalam shalat Jenazah.

Abu Nawas memang benar-benar lupa dan tidak menyadari kesalahannya. Setelah selesai shalat, ada makmum yang bertanya dengan heran mengenai rukuk dan sujud dalam shalat Jenazah.

"Mengapa shalat Jenazah sekarang memakai model terbaru, ada rukuk dan sujudnya?" tanya makmum heran.

Abu Nawas, dengan cerdik, menjawab bahwa ia telah mendapat ilham dari Allah karena dosa-dosa makmum tersebut. Seolah-olah, shalat Jenazah harus dilakukan dengan rukuk dan sujud untuk menyelesaikan dosa-dosanya.

Baca juga: Keutamaan Ibadah Haji dan Umrah: Menelusuri Kenikmatan dan Pengorbanan

Ketika Abu Nawas tidak lagi memakai rukuk dan sujud dalam shalat Jenazah, keluarga mayit yang lain malah protes. Mereka merasa bahwa shalat tersebut tidak spesial tanpa rukuk dan sujud.

Namun, dengan tenang Abu Nawas menjawab, "Ini ringan dosa bapakmu." Jawaban ini membuat keluarga mayit senang, dan mereka merasa dosa jenazahnya menjadi lebih ringan.

Cerita lucu Gus Baha tentang Abu Nawas dan shalat Jenazah tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga mengandung makna mendalam. Dibalut dengan humor, ceramah seperti ini memudahkan pemahaman jamaah tanpa kehilangan esensi ajaran agama.

Baca juga: Ketulusan dalam Pelayanan: Pelajaran Berharga dari Imam Junaid al-Baghdadi

Itulah salah satu keistimewaan ceramah Gus Baha yang mampu menggabungkan kearifan dan keceriaan dalam menyampaikan pesan agama. Semoga ceramah-ceramah semacam ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih dalam terhadap nilai-nilai keislaman.