Batemuritour.com- "Burdah" adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya jaket belang, dan memiliki makna yang sama dengan "بطا ء ن" yang berarti jaket biasa yang digunakan oleh banyak orang. Meskipun memiliki arti yang sederhana, istilah ini memiliki kisah yang unik dan signifikan terutama ketika berkaitan dengan kisah Imam Busyiri dan kasidah Burdah yang terkenal.
Baca juga: 8 Jenis Rizki dalam Islam yang Wajib Kamu Syukuri
Kisah ini dimulai dengan seorang penyair terkenal bernama كعب بن زهير بن أبي سلمى (Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma) yang hidup pada masa Rasulullah. Ka’ab bin Zuhair adalah seorang penyair ulung yang pada awalnya menggunakan keahliannya untuk mencemooh dan mencela Nabi Muhammad SAW. Rentetan kata-katanya yang menghina membuatnya sangat terkenal di kalangan masyarakat Arab pada waktu itu.
Saat sahabat Rasulullah mengetahui tentang penghinaan Ka’ab, mereka merasa risih dan resah. Setelah musyawarah, mereka memutuskan untuk menghentikan penyair ini. Sebuah rencana disusun, dan seorang sahabat Nabi yang misterius bertemu dengan Ka’ab, bertanya apakah ia bersedia bertaubat. Ka’ab setuju dan meminta izin untuk membacakan puisinya di hadapan Nabi sebelum diambil tindakan apapun.
Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ka’ab, dalam membaca puisinya, malah memuji dan memuliakan Nabi Muhammad dengan indahnya. Rasulullah SAW, yang sudah mendengar keindahan puisi itu, memberikan Ka’ab sebuah jubah yang disebut sebagai "burdah" sebagai tanda pengampunan dan sebagai hadiah kebesaran.
Baca juga: Inilah Dampak dari Durhaka kepada Orang Tua, Jangan Ditiru!
Burdah tersebut kemudian menjadi sangat terkenal dan dijadikan oleh para khalifah dan pemimpin Islam sebagai lambang kehormatan dan kebesaran. Hingga pada masa Bani Umayyah, jubah tersebut dicari-cari dan akhirnya berakhir di museum Topkapi di Istanbul, Turki.
Imam Busyiri dan Kasidah Burdah:
Seiring berjalannya waktu, seorang pujangga besar bernama شرا ف الدين ابن عبد الله محمد بن صلا ح بن منها ج البشرى (Imam Sharafuddin Abu Abdullah Muhammad bin Sa'id bin Hamad bin Abu Bakr al-Sanhaji al-Busiri), yang dikenal sebagai Imam Busyiri, hidup pada masa kejayaan Islam. Dia dikenal sebagai seorang penyair dan ulama besar yang juga menghadapi perasaan penyesalan dan penuh harap karena pernah membuat syair yang salah terhadap Nabi Muhammad SAW.
Imam Busyiri terkena stroke dan dalam keadaan sakit, merenungkan tindak tanduknya yang keliru di masa lalu. Saat itu, dalam keheningan dan kegelapan malam, Nabi Muhammad datang kepada Imam Busyiri dan menyematkan padanya jubah "burdah." Seiring dengan kehadiran Nabi, Imam Busyiri sembuh dari sakitnya.
Sebagai tanda syukur dan penebusan dosa, Imam Busyiri menulis kasidah terkenal yang dikenal sebagai "Kasidah Burdah." Kasidah ini berisi puji-pujian dan sanjungan yang sangat indah kepada Nabi Muhammad. Kasidah Burdah menjadi salah satu karya sastra keagamaan yang sangat dihormati dan dihafal oleh banyak orang Muslim.
Baca juga: Kisah Humor: Ketika Abu Nawa Mencari Neraka
Dengan demikian, "burdah" tidak hanya menjadi lambang pengampunan dan hadiah kebesaran, tetapi juga memperoleh dimensi spiritual melalui karya sastra yang luar biasa ini, menciptakan jejak sejarah yang memukau dan memberikan inspirasi bagi umat Islam.