Batemuritour.com- Sebuah kisah sufi yang menarik berjudul "Air Surga" membawa kita kepada pemahaman mendalam tentang nilai sejati dan pandangan hidup yang sederhana. Kisah ini, diambil dari buku "Tales of The Dervishes" karya Idries Shah, menceritakan tentang seorang Badui bernama Harith dan pengalamannya yang tak terlupakan di istana Khalifah Harun al-Rasyid.
Baca juga: Mengungkap Misteri Kopi: Dari Aroma Hingga Pengusir Jin?
Harith dan istrinya, Nafisa, hidup sebagai Badui yang sederhana. Mereka berpindah-pindah tempat dengan tenda bututnya, mencari tempat yang ditumbuhi beberapa kurma atau rumput belukar untuk unta mereka. Kehidupan mereka yang sederhana telah berlangsung bertahun-tahun, dengan Harith melibatkan diri dalam tugas-tugas sehari-hari seperti menjerat tikus gurun dan memintal tali dari serat kurma.
Suatu hari, kehidupan Harith berubah ketika ia menemukan mata air di padang pasir. Air itu begitu jernih dan segar, melebihi semua yang pernah ia temui. Bagi Harith, air ini seperti "air surga." Meskipun bagi kita air tersebut mungkin terasa asin, bagi Harith, kehadiran air ini begitu berharga.
Harith merasa kewajiban untuk membawa air ini kepada seseorang yang bisa menghargainya. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk membawanya ke istana Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad. Harith membawa dua kantong kulit kambing berisi air, satu untuk dirinya dan yang lainnya untuk Khalifah.
Baca juga: Menyambut Bulan Rajab 1444 H dengan Amalan Terbaik
Setibanya di istana, Harith menceritakan kisahnya kepada para pengawal. Aturan di istana mengharuskan cerita tersebut sampai ke telinga Khalifah. Dalam pertemuan umum, Harith menjelaskan bahwa ia menemukan "Air Surga" ini dan membawanya sebagai persembahan.
Khalifah Harun al-Rasyid, seorang penguasa yang bijaksana, memutuskan untuk mencicipi air tersebut. Namun, untuk menghormati Harith, yang bagi Khalifah adalah "penjaga Air Surga," ia memutuskan untuk memberikan hadiah berupa seribu keping emas dan meminta agar Harith dikeluarkan dari istana pada malam hari. Khalifah ingin Harith tetap memegang perannya sebagai penjaga Air Surga, memberikan air itu secara cuma-cuma kepada kafilah yang lewat.
Kisah ini mengandung pesan tentang nilai sederhana yang dihargai lebih tinggi daripada kekayaan dan kemegahan. Harith, dengan tulus hati, membawa air yang dianggapnya sebagai "Air Surga" sebagai persembahan, tanpa mengharapkan imbalan besar. Khalifah, dengan kebijaksanaan, menghormati nilai dan keikhlasan Harith. Kisah ini mencerminkan kebijaksanaan sufi tentang pentingnya menghargai keajaiban sederhana dalam kehidupan dan bersikap rendah hati di hadapan kebesaran Allah.
Baca juga: Kenapa Bulan Rajab Menjadi Bulan Istimewa ?
Kisah ini juga dikenal sebagai 'Kisah tentang Dua Dunia,' menggambarkan pertemuan antara dunia sederhana Harith dan dunia megah istana Khalifah. Kesederhanaan dan kekayaan tidak selalu berlawanan; dalam kisah ini, keduanya saling melengkapi. Sebuah pelajaran bijak dari perjalanan seorang Badui yang membawa "Air Surga" kepada Khalifah, memperkaya pemahaman kita tentang keindahan nilai-nilai sederhana dalam kehidupan.