Batemuritour.com- Belajar sabar bukan hanya tentang mengendalikan amarah, tetapi juga tentang menanggapi situasi dengan kedamaian dan kebijaksanaan. Kemarahan adalah sifat naluriah manusia, tetapi belajar sabar berarti mampu mengendalikannya dan mengubahnya menjadi energi positif. Dalam kaitan ini, kisah Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i dan Imam Junaid Al-Baghdadi memberikan pelajaran berharga.
Baca juga: 7 Makanan Khas Italia Selain Pizza yang Harus Kamu Coba Kalau Kesana
Imam As-Syafi’i dikenal sebagai ulama yang memiliki akhlak terpuji, dermawan, dan penyabar. Para pendengki berulang kali mencoba membuatnya marah, tetapi usaha mereka selalu gagal. Pada suatu hari, sekelompok pendengki berusaha memanfaatkan seorang tukang jahit untuk membuatkan baju yang mengganggu As-Syafi’i. Mereka meminta agar lengan kanan baju dibuat sangat sempit, sementara lengan kiri dibuat sangat lebar.
As-Syafi’i dengan lembut menerima baju tersebut dan malah berterima kasih kepada tukang jahit. Ia melihat hikmah di balik desain aneh tersebut, bahwa lengan kanan yang sempit memudahkan dirinya menulis dan berkarya, sementara lengan kiri yang lebar memungkinkan dirinya membawa banyak kitab. Dengan pengendalian diri yang luar biasa, As-Syafi’i mampu mengubah situasi yang dimaksudkan untuk membuatnya marah menjadi peluang untuk bersyukur.
Imam Junaid mengalami situasi yang menguji kesabarannya ketika sekelompok pendengki menyiramnya dengan air sisa basuhan ikan saat hendak pergi ke mesjid untuk shalat Jumat. Seharusnya, insiden tersebut cukup untuk membuat seseorang marah dan membalas dendam. Namun, Imam Junaid justru tertawa dan menyatakan kebahagiaannya.
Dengan tawa dan ucapan yang penuh hikmah, Imam Junaid mengajarkan bahwa kesabaran tidak hanya sebatas menahan amarah, tetapi juga mampu melihat hikmah di balik ujian dan perlakuan buruk. Sikap positifnya membuat pendengki kembali merenung dan bertaubat.
Kisah-kisah ini mengajarkan bahwa belajar sabar melibatkan kemampuan untuk merespon dengan baik terhadap ujian dan perlakuan buruk. Ilmu dan ketangkasan dalam mengambil hikmah dari setiap kejadian menjadi kunci utama. Kesabaran bukan hanya menahan diri dari amarah, tetapi juga melibatkan transformasi positif terhadap setiap tantangan.
Dalam konteks ini, kesabaran tidak hanya menjadi sikap pasif, tetapi menjadi sumber kebijaksanaan, keberanian untuk melihat sisi baik dari setiap ujian, dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi cobaan hidup. Semoga kisah-kisah ini menginspirasi kita untuk memperkaya kesabaran dan kebijaksanaan dalam setiap langkah kehidupan kita.
Baca juga: Cara Benar Melakukan Tayamum