Belajar Produktif Melalui Imam Nawawi

By. Ibnu Fikri Ghozali - 17 Jan 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Imam an-Nawawi adalah salah satu ulama tersohor asal Damaskus yang tidak hanya terkenal karena produktivitas menulisnya, tetapi juga karena kitab-kitabnya menjadi rujukan penting dalam madzhab Syafi’i. Sejarah mencatat bahwa an-Nawawi mulai menunjukkan produktivitasnya sejak usia muda, yaitu pada usia 25 tahun. Ini sungguh luar biasa mengingat pada umumnya anak-anak sudah memasuki pesantren sebelum baligh.

 

Baca juga: 3 Kewajiban Seorang Muslim yang Akan Bertaubat

 

Sebelumnya, an-Nawawi menghabiskan masa kecilnya membantu orang tua di toko ayahnya di Nawa, pusat kota al-Jaulan, kawasan Hauran, provinsi Damaskus. Walaupun menghabiskan waktu di toko, an-Nawawi tetap menyempatkan untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an. Bahkan, ketika teman-teman sebayanya tidak mau bermain dengannya pada usia 10 tahun, an-Nawawi malah menyendiri untuk membaca Al-Qur'an.

 

Ketika an-Nawawi sedang membaca Al-Qur'an, Syekh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi, seorang waliyullah, menyaksikan peristiwa tersebut dan berkata bahwa kelak anak ini akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud di zamannya, dan banyak manusia akan mendapatkan manfaat dari ilmunya. An-Nawawi kemudian menghafal Al-Qur'an sebelum mencapai usia baligh berkat motivasi ini.

 

Setelah itu, an-Nawawi memulai perjalanan ilmunya dan menghabiskan waktu enam tahun menuntut ilmu agama. Baru pada usia 25 tahun, an-Nawawi mulai menulis kitab-kitabnya. Dalam catatan Imam Ibnul ‘Atthar, an-Nawawi bisa menulis dua buku dalam sehari, dan menurut kalkulasi Syekh Abdul Ghani ad-Daqir, rata-rata ia bisa menulis dua buku setiap hari sepanjang hidupnya.

 

Baca juga: 7 Surat dalam Al-Quran yang Menenangkan Hati saat Membacanya

 

An-Nawawi, yang dikenal sebagai Muḫyiddîn (penghidup agama), memiliki nama lengkap Abu Zakaria Yahya bin Syarafuddin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam al-Hizami an-Nawawi. Nama 'an-Nawawi' merujuk pada kota Nawa, pusat kota Al-Jaulan di Kawasan Hauran di provinsi Damaskus, tempat ia tinggal selama lebih dari delapan belas tahun.

 

Kualitas karya-karya an-Nawawi sangat diakui dan dihargai. Salah satu kitabnya yang terkenal, Minhâjut Thâlibîn, merupakan rujukan penting dalam mazhab Syafi'i. Karya-karyanya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti hadits, fiqih, pendidikan, etika, biografi, sejarah, dan bahasa. Dalam bidang hadits, an-Nawawi menulis Syarah Muslim, Riadusshalihin, dan Syarah Sahih Bukhari, sementara dalam bidang fiqih, ia menulis Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, dan Al-Minhaj, serta banyak karya lainnya.

 

Imam an-Nawawi meninggal dalam usia yang relatif muda, yaitu 45 tahun, tetapi warisannya dalam bentuk kitab-kitab ilmiahnya terus hidup dan memberikan manfaat bagi umat Islam di seluruh dunia. Keistimewaan karyanya mencapai tingkat bahwa orang yang berhasil menghafal kitab Minhâjut Thâlibîn dinisbatkan dengan gelar al-Minhâjî.

 

Baca juga: Kisah Penebusan Dosa dengan Kalimat Tauhid

 

Perjalanan hidup dan prestasi Imam an-Nawawi menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama anak muda, untuk memaksimalkan usia mereka dalam berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan agama. Prestasi ini juga menunjukkan bahwa kontribusi besar tidak selalu harus datang dari usia yang tua, dan pemuda pun memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif pada masyarakat.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp