Batemuritour.com- Pertemuan dua sufi terkenal, Ibrahim bin Adham dan Syaqiq Al-Balkhi, di Makkah, menghasilkan cerita menarik yang penuh hikmah. Dalam dialog mereka, Syaqiq menceritakan pengalaman spiritualnya yang menjadi titik tolak perjalanan ke arah kebenaran.
Baca juga: Resep Ayam Charsiu Halal Khas Tiongkok yang Tak Kalah Lezat
Syaqiq, pada suatu perjalanan di gurun, mengalami momen menarik ketika ia melihat seekor burung yang sayapnya patah. Meskipun tidak mampu terbang dan mencari makanan, burung itu mendapatkan pertolongan dari burung lain yang sehat. Burung sehat itu membawa belalang di paruhnya dan memberikannya kepada burung yang sakit.
Peristiwa ini membuat Syaqiq tersentuh dan menyadari kekuasaan Allah dalam memberi rezeki kepada makhluk-Nya. Ia memutuskan untuk fokus beribadah dan tidak bekerja, yakin bahwa Allah akan memberikan rejeki sebagaimana pada burung yang tak berdaya di tengah gurun.
Namun, respons dari Ibrahim bin Adham mengubah perspektif Syaqiq. Ibrahim bertanya mengapa Syaqiq memilih menjadi seperti burung yang sakit, sedangkan ia bisa menjadi seperti burung yang sehat memberikan pertolongan. Dengan mengutip hadits Rasulullah tentang "tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah," Ibrahim mengingatkan bahwa seorang mukmin sejati selalu menginginkan yang lebih tinggi untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Kuliner Halal di Eropa, Yuk Liburan!!
Syaqiq pun menyadari kesalahannya dan menghargai nasihat Ibrahim. Ia mencium tangan guru besar tersebut, mengakui kesalahannya, dan menyadari bahwa perjalanan spiritual tidak harus meninggalkan kehidupan sosial. Lebih dari itu, kebaikan dan manfaat kepada orang lain dapat menjadi bagian integral dari perjalanan spiritual.
Kisah ini mengajarkan bahwa menjalani kehidupan sosial yang bermanfaat bagi sesama adalah salah satu aspek yang penting dalam perjalanan spiritual. Tidak hanya menerima, tetapi juga memberi manfaat kepada orang lain merupakan bagian dari kebijaksanaan seorang mukmin sejati.