Teungku Chik Pante Kulu: Ulama Pejuang dari Aceh yang Meninggalkan Jejak Perjuangan

By. Ibnu Fikri Ghozali - 31 Jan 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Teungku Chik Muhammad Pante Kulu, seorang ulama dan pejuang asal Aceh, menjadi sosok yang meninggalkan jejak perjuangan dan warisan intelektual yang tak terlupakan. Lahir pada tahun 1836 Masehi di Gampong Pante Kulu, Aceh, beliau tumbuh dalam keluarga ulama dengan hubungan dekat dengan ulama Tiro, sebuah wilayah yang dikenal karena tradisi keilmuan dan perjuangannya.

 

Baca juga: Manfaat dan Tips Aman Konsumsi Daging Cumi-cumi bagi Ibu Hamil

 

Setelah memperoleh pendidikan awal tentang Al-Qur'an dan ilmu agama berbahasa Jawi, Teungku Chik Pante Kulu melanjutkan studinya di Dayah Tiro di bawah bimbingan Teungku Chik di Tiro Muhammad Amin Dayah Cut. Setelah meraih gelar Teungku di Rangkang, beliau melanjutkan perjalanan ilmunya ke Makkah sambil menunaikan ibadah haji. Empat tahun di Makkah membawa gelar Syekh atau Teungku Chik, dan di situlah beliau berada ketika Belanda menyatakan perang terhadap Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1873.

 

Dalam semangat membela tanah airnya, Teungku Chik Pante Kulu kembali ke Aceh pada tahun 1881. Selama perjalanan pulangnya, beliau mengarang Hikayat Prang Sabi, sebuah karya sastra yang bertujuan membangkitkan semangat jihad melawan penjajah Belanda. Karya ini memuat empat cerita penuh inspirasi yang melibatkan tokoh-tokoh seperti Ainul Mardhiah, Pasukan Gajah, Sa'id Salmy, dan Muhammad Amin.

 

Kedatangan Teungku Chik Pante Kulu beserta Hikayat Prang Sabi-nya memberikan semangat baru pada pasukan perang Aceh. Dengan suara merdu, beliau membacakan hikayat tersebut yang berhasil menginspirasi rakyat Aceh untuk bergabung dalam perlawanan. Khususnya, bait-bait pertama hikayat yang memuji Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman menciptakan semangat kebersamaan dan keberanian.

 

Baca juga: Persiapan dan Tindakan Penting Bagi Calon Jamaah Haji Menuju Tanah Suci

 

Teungku Chik Pante Kulu meninggalkan jejaknya dalam sejarah perlawanan Aceh terhadap penjajah Belanda. Pengaruh Hikayat Prang Sabi yang begitu besar menjadikan Belanda menghadapi pasukan Aceh dengan kesulitan. Karya ini membuktikan bahwa kekuatan kata-kata dapat menjadi senjata yang mematikan dalam membangkitkan semangat perlawanan.

 

Syahid di medan perang, Teungku Chik Pante Kulu dimakamkan di Lam Leuot, Aceh Besar. Warisannya tidak hanya berupa perlawanan fisik melawan penjajah, tetapi juga karya intelektual yang terus menginspirasi generasi penerus. Semangat jihad fi sabilillah yang beliau tanamkan melalui Hikayat Prang Sabi tetap membara dan menjadi sumber inspirasi dalam perjalanan sejarah Aceh.

 

Alfatihah untuk Teungku Chik Pante Kulu, ulama pejuang yang dengan gagah berani memimpin perlawanan dan meninggalkan warisan berharga untuk bangsa.

 

Baca juga: Subhanallah Inilah Tanda Do'a akan Terkabul









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp