Batemuritour.com- Pada masa awal kemunculan Islam di Makkah, Rasulullah Muhammad SAW dan pengikutnya dari kalangan Bani Hasyim dan Muthalib mengalami pemboikotan yang keras dari suku Quraisy. Pemboikotan ini terjadi sekitar tahun ke-7 kenabian, tepatnya pada bulan Muharram.
Baca juga: Ibnu Majah: Hafizh, Muhaddits, dan Penyusun Sunan yang Agung
Pemboikotan ini merupakan strategi politik dari pihak Quraisy, diprakarsai oleh tokoh-tokoh seperti Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Umayyah bin Khalaf. Para pemimpin Quraisy khawatir dengan perkembangan pesat dakwah Rasulullah yang mengajarkan tauhid dan menolak penyembahan berhala, tradisi agama nenek moyang mereka. Beberapa tokoh besar Quraisy sebelumnya sudah memeluk Islam, seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, dan klan Bani Hasyim dan Muthalib bersatu melindungi Nabi Muhammad.
Pemicu pemboikotan ini adalah kemarahan Quraisy terhadap dakwah Rasulullah yang semakin intens. Mereka tidak suka dengan ajaran Islam yang mengajak meninggalkan penyembahan berhala. Para pemimpin Quraisy juga khawatir bahwa Islam akan mengancam kedudukan mereka sebagai pemimpin politik dan ekonomi di Makkah.
Sebelum pemboikotan, beberapa tokoh Quraisy telah memeluk Islam, dan klan Bani Hasyim dan Muthalib bersatu untuk melindungi Rasulullah sebagai keturunan Muthalib. Namun, dalam rapat di kampung Bani Kinanah, Quraisy merencanakan pemboikotan sebagai respons terhadap kekhawatiran politik dan agama.
Baca juga: Persiapan dan Tindakan Penting Bagi Calon Jamaah Haji Menuju Tanah Suci
Perjanjian pemboikotan ini dibuat dengan ketat, melarang pernikahan antar-suku, transaksi perdagangan, dan aktivitas ekonomi lainnya dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Perjanjian itu dituliskan di selembar papan dan digantung di Ka'bah, berisi kesepakatan untuk memboikot klan tersebut dan memaksa mereka kembali ke agama nenek moyang.
Dampaknya sangat besar, dengan Bani Hasyim dan Muthalib terisolasi dan kelaparan. Mereka tidak dapat menikahi wanita dari suku Quraisy, tidak bisa melakukan transaksi perdagangan, dan tidak mendapatkan bantuan apapun. Bahkan, mereka terpaksa memakan daun kering dan kulit untuk bertahan hidup. Suara tangisan kelaparan terdengar dari perkampungan Abu Thalib.
Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun, mencapai puncak kelemahan dan penderitaan. Meskipun di tengah kondisi yang sulit, Rasulullah dan pengikutnya tetap teguh dalam dakwah mereka. Pemboikotan ini akhirnya berakhir dengan beberapa perkembangan, termasuk adanya konversi beberapa tokoh Quraisy ke Islam.
Baca juga: Manfaat dan Tips Aman Konsumsi Daging Cumi-cumi bagi Ibu Hamil