Saktah dalam Ilmu Tajwid: Menyingkap Makna dan Hikmahnya

By. Ibnu Fikri Ghozali - 02 Feb 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Dalam ilmu tajwid, istilah "saktah" memiliki arti mencegah. Namun, dalam konteks ilmu tajwid Al-Qur'an, saktah merujuk pada suatu aturan yang memutuskan satu kalimat dari kalimat setelahnya dengan kadar dua harakat atau satu alif tanpa mengambil napas.

 

Baca juga: Inilah Perbedaan antara Haji dan Umrah

 

Pentingnya Saktah dalam Ilmu Tajwid

Saktah bukanlah semata-mata suatu aturan teknis, tetapi memiliki hikmah dan maksud yang dalam. Dalam pandangan para ulama, saktah adalah bagian dari bacaan Al-Qur'an yang diterima secara turun-temurun dari bacaan Rasulullah ﷺ. Saktah dipandang sebagai upaya untuk menjaga kesahihan bacaan Al-Qur'an sesuai dengan bacaan yang shahih.

 

Saktah Menurut Asy-Syathibi dan Al-Ja'bari

Menurut Asy-Syathibi, saktah dapat didefinisikan sebagai memutus suara dalam waktu singkat di bawah masa mengambil napas. Hikmahnya terletak pada penggunaannya yang dapat menghindari kesalahan pemahaman, terutama dalam konteks kelanjutan kalimat.

 

Al-Ja'bari menambahkan bahwa saktah memiliki dua kategori, yaitu saktah yang disepakati dan saktah yang memiliki perbedaan. Saktah yang disepakati hanya memiliki satu cara baca dan hanya terdapat dalam qira’at Imam Ashim yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh. Sementara saktah yang memiliki perbedaan memiliki tiga cara baca (waqf, washl, dan saktah) dan diperoleh Imam Hafsh dari Imam Ashim.

 

Baca juga: Tips Sukses Melaksanakan Tawaf di Tengah Kepadatan Jama'ah Umrah

 

Contoh Saktah dalam Ayat Al-Qur'an

  1. QS Al-Kahfi (18:1-2):

    الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (١) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (٢)

    Contoh saktah pada alif perubahan dari tanwin membantu mencegah kesalahpahaman tentang makna yang dimaksud.

  2. QS Yasin (36:52):

    قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (٥٢)

    Saktah di tengah ayat membantu memisahkan ucapan dua kelompok yang berbeda, yakni orang beriman dan orang kafir.

  3. QS Al-Qiyamah (75:27):

    وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (٢٧)

    Saktah di tengah ayat membantu menampik kesalahpahaman terkait makna kalimat, menjaga kejelasan dalam pengucapan.

  4. QS Al-Muthaffifin (83:14):

    كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤)

    Saktah di tengah ayat membantu mencegah kesalahpahaman tentang lafadz (برّان) yang dapat diartikan sebagai "dua orang yang menepati janji."

 

Baca juga: Hijab dalam Hukum Waris Islam: Menurut Imam Muhammad bin Ali Ar-Rahabi

 

Saktah dalam ilmu tajwid bukan hanya sekadar aturan teknis, melainkan sebuah mekanisme yang membantu menjaga kejelasan, kesahihan, dan pemahaman bacaan Al-Qur'an. Penggunaan saktah di dalam Al-Qur'an memiliki hikmah yang mendalam, membantu mempertahankan keaslian bacaan sebagaimana diterima dari generasi terdahulu. Sebagai umat Islam, memahami dan mengaplikasikan saktah dengan benar dapat meningkatkan kualitas bacaan kita dan memperdalam pemahaman terhadap kandungan Al-Qur'an.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp