Pembebasan Kota Damaskus: Kehidupan Damaskus dalam Sejarah yang Penuh Makna

By. Ibnu Fikri Ghozali - 05 Feb 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Damaskus, ibu kota Suriah, bukan sekadar sebuah kota. Ia adalah suatu pusaka bersejarah yang menyimpan cerita peperangan dan damai, kebebasan dan penindasan. Salah satu bab terpenting dalam sejarah Damaskus adalah pembebasannya oleh pasukan Islam pada tahun 635 Masehi, yang melibatkan strategi cemerlang dan sikap damai dari para pemimpin Muslim.

 

Baca juga: Perjanjian Hudaibiyah: Kepemimpinan Moral Rasulullah dalam Menghadapi Tantangan

 

Jika kita menginjakkan kaki di Damaskus, kita akan terpesona oleh keindahan kota ini yang telah berdiri selama ribuan tahun. Dikenal sebagai salah satu kota tertua yang masih dihuni di dunia, Damaskus memiliki tempat-tempat bersejarah yang melibatkan berbagai peradaban, mulai dari Imperium Romawi hingga masa pemerintahan Islam.

 

Dalam hadits yang disampaikan oleh Rasulullah, Damaskus disebut sebagai tempat pengungsian umat Islam di akhir zaman, terutama setelah terjadinya perang besar. Nubuat ini memberikan makna mendalam saat pasukan Islam memandang Damaskus sebagai tempat strategis dalam perjalanan dakwah dan perlindungan umat.

 

Pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, pasukan Islam menghadapi tantangan besar melawan Imperium Romawi yang kuat. Dengan strategi yang cermat, pasukan Muslim di bawah komando para pemimpin seperti Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah memecah konsentrasi Romawi dengan menyerang beberapa kawasan penting secara bersamaan.

 

Baca juga: Pohon Kurma di Masjid Nabawi: Kisah Kasih Sayang Rasulullah pada Alam

 

Heraklius, Raja Romawi, terkejut dan bingung menghadapi serangan serentak ini, menciptakan kebingungan dalam menyusun strategi pertahanan. Meskipun pasukan Islam harus menghadapi kesulitan setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar, kepemimpinan Umar bin Khattab melanjutkan perjuangan dan mempertahankan semangat kemenangan.

 

Khalid bin Walid, seorang panglima perang Muslim yang ulung, menciptakan suatu perjanjian dengan penduduk Nasrani Damaskus. Dalam perjanjian ini, ia menjanjikan keamanan bagi jiwa, harta, dan gereja penduduk Damaskus. Tembok kota tidak dihancurkan, dan janji kebaikan diikuti dengan kewajiban membayar pajak.

 

Suatu malam, saat penduduk Damaskus merayakan kelahiran seorang anak, pasukan Muslim menunggu waktu yang tepat. Pada saat yang paling tidak terduga, mereka menyelinap masuk ke kota melalui gerbang timur yang dibuka oleh Khalid bin Walid. Pertahanan kota yang lemah karena perayaan dan minuman keras membuat pasukan Islam dapat masuk tanpa perlawanan yang signifikan.

 

Baca juga: Keberuntungan Halimah as-Sa'diyah dalam Mengasuh Nabi Muhammad SAW

 

Terkejut dengan kedatangan pasukan Muslim, penduduk Damaskus memilih berdamai. Kota Damaskus pun dibebaskan tanpa perlu melibatkan pertempuran yang merusak. Gereja Yohanes Sang Pembaptis kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam, sedangkan gereja-gereja lainnya tetap dilestarikan.

 

Pembebasan Damaskus memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya hidup berdampingan dalam damai. Perjanjian yang dijalin antara pasukan Islam dan penduduk Nasrani Damaskus mencerminkan sikap toleransi, keadilan, dan menghormati hak setiap individu, tanpa memandang perbedaan agama.

 

Seiring berjalannya waktu, Kota Damaskus terus menjadi saksi bisu peradaban, menyaksikan keindahan persatuan di tengah perbedaan. Pelajaran dari pembebasan Damaskus tetap relevan dalam konteks masyarakat. 

 

Baca juga: Pelajaran dari Isra' Mi'raj dalam Perspektif Sejarah dan Keimanan









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp