Batemuritour.com- Surah Al-Ahzab (33) ayat 58 adalah satu lagi teguran dari Allah kepada umat Islam, kali ini tentang larangan menyakiti orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa kesalahan yang mereka perbuat. Ayat ini juga menegaskan bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan menyakiti tanpa alasan yang benar akan menanggung kebohongan dan dosa yang nyata.
Baca juga: Kisah Inspiratif Athiyah bin Khalaf: Bersedekah dari Kesederhanaan Menuju Surga
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِناتِ بقول أو فعل بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا أي بغير جناية يستحقون بها الأذية فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتاناً أي زورا وَإِثْماً مُبِيناً (٥٨) ، أي ذنبا ظاهرا موجبا للعقاب في الآخرة.
"Dan orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat dengan perkataan atau perbuatan tanpa ada kesalahan yang mereka lakukan, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Surah Al-Ahzab [33]: 58)
Ayat ini dengan tegas menyatakan larangan menyakiti mukminin dan mukminat tanpa alasan yang benar. Kesalahan atau dosa yang mereka perbuat tidak dapat dijadikan dasar untuk menyakiti mereka. Allah menjaga kehormatan dan martabat setiap individu, dan menyakiti tanpa alasan yang benar dianggap sebagai kebohongan dan dosa yang nyata.
Profesor Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menekankan bahwa menyakiti mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa alasan yang benar adalah perbuatan dosa. Orang-orang mukmin adalah pengikut Rasul yang mencintai dan dicintai oleh beliau, sehingga menyakiti mereka berarti juga menyakiti Rasulullah. Kesalahan tanpa dasar yang kemudian dijadikan alasan untuk menyakiti, merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Baca juga: Kisah Sederhana Said bin Amir: Keteladanan dari Kepemimpinan yang Ikhlas
Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka menyoroti bahwa larangan ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya (Al-Ahzab [33]: 57). Allah menegaskan bahwa menyakiti Allah dan Rasul dengan tidak menghormati perintah-perintah-Nya juga harus dihindari. Namun, Allah tidak hanya melarang menyakiti-Nya, melainkan juga melarang menyakiti sesama mukmin. Buya Hamka menjelaskan bahwa menjauhi fitnah, umpatan, dan keburukan terhadap sesama mukmin adalah bagian dari ketaqwaan dan keimanan.
Tafsir Marah Labib oleh Syekh Nawawi Banten menegaskan bahwa orang-orang yang menyakiti mukmin dan mukminat tanpa alasan yang benar akan memikul dosa yang nyata dan kebohongan. Dosa yang nyata adalah dosa yang tampak jelas dan membawa hukuman di akhirat. Kebohongan yang dimaksud adalah tuduhan keji atau fitnah yang tidak berdasar.
Beberapa tafsir juga menyebutkan bahwa ayat ini turun sebagai respons terhadap situasi dan peristiwa tertentu. Ada yang mengaitkannya dengan orang-orang munafik yang menyakiti Sahabat Ali, fitnah terhadap Aisyah dan Shafwan (hadits al-ifki), atau pezina yang mengintai para wanita. Dalam konteks ini, ayat memberikan panduan etika yang jelas dan melarang perilaku yang merugikan dan melukai sesama muslim.
Dari ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran penting tentang pentingnya menjaga kebersamaan dalam umat Islam. Menyakiti sesama muslim tanpa alasan yang benar tidak hanya menjadi dosa, tetapi juga membawa konsekuensi kebohongan dan dosa yang nyata di hadapan Allah. Pesan ini mencerminkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan hormat dalam Islam.
Baca juga: Pembebasan Kota Damaskus: Kehidupan Damaskus dalam Sejarah yang Penuh Makna
Melalui pemahaman tafsir Surah Al-Ahzab ayat 58, diharapkan umat Islam dapat lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan sesama, menjauhi perbuatan yang merugikan, serta menjaga kehormatan dan martabat setiap individu. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang saling mendukung dan mencerminkan nilai-nilai Islam