Batemuritour.com- Kisah Nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam sejarah Islam. Sejak awal kehidupannya, Nabi Muhammad telah menunjukkan kecenderungannya untuk menyendiri dan merenung, mencari kebenaran, dan menjauh dari keramaian kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Peristiwa Sagrajas dan Kemenangan Umat Islam di Spanyol
Diketahui bahwa Nabi Muhammad memilih Gua Hira, yang terletak di puncak Gunung Nur, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah, sebagai tempat untuk menyendiri dan beribadah. Gua ini memberikan suasana yang tenang dan baik untuk tempat merenung.
Setiap tahun, terutama selama bulan Ramadhan, Nabi Muhammad pergi ke Gua Hira untuk beribadah dan merenung. Dia melakukan perjalanan ke gua tersebut dengan membawa sedikit bekal, menjauh dari kesibukan dan keramaian manusia. Ia fokus mencari kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut kisah yang diungkapkan oleh KH Zakky Mubarak, Nabi Muhammad berkhalwat (semedi, kontemplasi) di Gua Hira selama beberapa hari. Ia pergi pulang pergi dari rumah ke gua tersebut, bahkan ketika bekalnya habis, beliau pulang ke rumahnya dan kemudian kembali lagi untuk berkhalwat.
Pada suatu hari dalam keadaan berkhalwat di Gua Hira, Nabi Muhammad dikejutkan oleh kedatangan Malaikat Jibril (Namus) yang membawa wahyu dari Allah. Peristiwa ini terjadi saat Nabi sedang dalam kondisi merenung dan beribadah.
Malaikat Jibril memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca, namun karena Nabi belum bisa membaca, Malaikat Jibril melakukan pegangan dan guncangan beberapa kali. Setelah tiga kali, Nabi Muhammad akhirnya dapat membaca wahyu pertama yang terdapat dalam Surat al-‘Alaq (Q.S. Al-‘Alaq, 96: 1-5).
Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar. Istrinya, Khadijah, menenangkannya dan menyelimutinya. Nabi Muhammad menceritakan peristiwa tersebut kepada Khadijah, dan ia merasa khawatir terhadap dirinya sendiri.
Baca juga: Thawaf Wada' Bentuk Penghormatan Terakhir di Baitullah Setelah Menjalani Haji
Khadijah, dengan setia dan dukungan penuh, meyakinkan Nabi Muhammad bahwa Allah tidak akan mengecewakannya dan bahwa ia adalah orang yang terhormat dan bermoral tinggi. Khadijah kemudian mengajak Nabi untuk bertemu dengan Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk agama Nasrani yang bijaksana dan alim.
Waraqah bin Naufal memberikan konfirmasi atas peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad. Ia mengatakan bahwa Malaikat Jibril telah datang kepadanya, sebagaimana yang pernah terjadi pada Nabi Isa (Jesus) sebelumnya. Waraqah menyatakan dukungannya terhadap Nabi Muhammad dan menyatakan bahwa jika ia masih hidup ketika umatnya akan menentang, ia akan membantu Nabi Muhammad.
Kisah Gua Hira dan wahyu pertama menjadi titik awal bagi kenabian Nabi Muhammad dan penyebaran agama Islam. Peristiwa ini menunjukkan ketekunan dan ketabahan Nabi dalam mencari kebenaran serta dukungan yang luar biasa dari keluarganya.
Baca juga: Sayyidina Hasan bin Ali: Kepribadian Mulia dan Kebaikan Hati