Menghindari Kehilangan Pahala Puasa: Pelajaran dari Hadits Rasulullah

By. Abid Rauf - 21 Feb 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com - Puasa tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan kesempatan untuk membersihkan diri dari maksiat. Sebuah hadits Rasulullah mengingatkan umatnya bahwa ada orang-orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan pahala yang seharusnya. Hadits ini menjadi cerminan bahwa menjaga puasa tidak hanya sebatas menjauhi hal-hal yang membatalkannya, tetapi juga harus disertai dengan meninggalkan maksiat. Mari kita telaah beberapa aspek yang dapat menghilangkan pahala puasa berdasarkan hadits :

خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ 

Artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu” (HR Ad-Dailami). 

 

Baca juga : Ini Dia 5 Manfaat Makanan Manis bagi Kesehatan Saat Berpuasa

Hadits Rasulullah menyampaikan bahwa banyak orang yang berpuasa namun hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga tanpa mendapat pahala. Ini menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi harus menjadi momentum untuk meninggalkan perilaku buruk dan maksiat. Rasulullah memberikan peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat menghilangkan pahala puasa.

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menyebutkan lima perbuatan yang dapat membatalkan pahala puasa, antara lain ghibah (menggunjing), namimah (menciptakan perselisihan), dan kebohongan. Menghindari ghibah dan namimah menjadi bagian integral dari menjaga kesucian puasa. Kebohongan juga dianggap sebagai perbuatan yang dapat merusak nilai ibadah puasa seseorang.

 

Baca juga : 10 Tips Atasi Lapar & Haus saat Berpuasa

Hadits ini juga mengingatkan tentang bahaya sifat riya’ (ingin dipuji oleh orang lain) dan perasaan merasa lebih baik dari orang lain. Kesombongan dan sikap merendahkan orang lain dapat menghilangkan pahala puasa. Menjaga hati agar tidak terpengaruh oleh sifat-sifat negatif ini menjadi bagian penting dari ibadah puasa.

Habib Zain bin Smith memberikan penafsiran tambahan terkait hadits ini. Beliau menggambarkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar, tetapi juga menjauhi perbuatan yang dapat menghilangkan pahala puasa. Cerita hikmah tentang seseorang yang menolak makanan yang ditawarkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jilani menjadi peringatan bahwa kesombongan dan penolakan atas petunjuk baik dapat merugikan diri sendiri.

 

Baca juga : 10 Tips Puasa Anti Gagal yang Bantu Kamu Lebih Khusyu

 

Pentingnya berbuka dengan sesuatu yang halal juga disoroti dalam penafsiran hadits. Berbuka dengan makanan yang diharamkan dapat menghilangkan pahala puasa dan bahkan membuat seseorang malas beribadah. Oleh karena itu, menjaga kesucian bahan makanan yang dikonsumsi saat berbuka menjadi bagian penting dari menjaga keberkahan puasa.

Hadits ini mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar serangkaian aturan yang harus dipatuhi, tetapi merupakan peluang untuk transformasi diri secara menyeluruh. Menghindari maksiat, menjaga hati dari sifat negatif, dan berbuka dengan halal adalah langkah-langkah penting untuk memastikan puasa kita diterima dan mendapatkan pahala yang seharusnya. Puasa bukan hanya tentang melibatkan tubuh, tetapi juga membersihkan hati dan jiwa. Semoga puasa kita menjadi amal ibadah yang membawa berkah dan kesucian dalam diri kita.

Wallahu a'lam bis shawab.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp