Menghadapi Cobaan dengan Kata Istirja: Memahami Makna dan Keutamaannya

By. Abid Rauf - 28 Feb 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com - Ketika cobaan dan musibah melanda, umat Muslim memiliki kebiasaan untuk mengucapkan kata istirja, yaitu "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Kata-kata ini bukanlah sekadar rangkaian huruf, melainkan sebuah ungkapan yang mengandung makna mendalam. Dalam pandangan Islam, mengucapkan istirja merupakan cara yang dianjurkan untuk menyikapi berbagai ujian kehidupan.

Makna Kata Istirja

1. Innalillahi (إِنَّا لِلّٰهِ): Kata pertama, "Innalillahi," berarti "Sesungguhnya kita adalah milik Allah." Ungkapan ini mencerminkan kesadaran bahwa manusia, beserta segala sesuatu yang dimilikinya, adalah milik Allah semata. Ketika musibah terjadi, manusia diingatkan akan ketergantungannya kepada Sang Pencipta.

2. Wa inna ilaihi raji'un (وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ): Bagian kedua, "Wa inna ilaihi raji'un," diterjemahkan sebagai "Dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali." Ungkapan ini menegaskan keyakinan bahwa setiap jiwa akan kembali kepada Allah. Cobaan dan musibah bukanlah akhir segalanya, melainkan ujian sementara dalam perjalanan kembali kepada Sang Pencipta.

 

Baca juga : Kata-Kata dan Doa yang Diucapkan Setelah Mendapat Musibah dalam Islam

 

Tiga Tujuan Musibah

Dalam Islam, musibah atau cobaan dapat memiliki tiga tujuan utama, sebagaimana dijelaskan dalam buku "Kumpulan Hadits Qudsi Sehari-Hari" oleh Rozihan Al-Anwari:

  1. Ujian (Ibtila): Musibah dapat berfungsi sebagai ujian bagi manusia. Allah menguji kesabaran, keimanan, dan ketakwaan hamba-Nya melalui cobaan yang dihadapi.
  2. Peringatan (Tadhkirah): Musibah juga bisa berfungsi sebagai peringatan. Allah memberikan cobaan sebagai pengingat bagi manusia agar kembali kepada-Nya, merenungkan kehidupan, dan memperbaiki diri.
  3. Hukuman (‘Iqab): Terkadang, musibah dapat berupa hukuman atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Allah, dengan keadilan-Nya, memberikan konsekuensi atas perbuatan hamba-Nya.

 

Baca juga : 3 Makna Sabar dalam Islam yang Harus Kamu Tau

Sikap Rasul dan Nabi dalam Menghadapi Musibah

Perbedaan antara rasul, nabi, dan umat Muslim biasa dalam menghadapi musibah terletak pada cara menyikapinya. Rasulullah SAW telah mengajarkan kata-kata istirja sebagai bentuk kesabaran dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Rasul dan nabi-nabi sebelumnya memiliki keutamaan dalam kesabaran dan ketundukan kepada kehendak Ilahi.

Keutamaan mengucapkan kata istirja ketika mendapat musibah tidak hanya terletak pada kepatuhan kepada ajaran agama, melainkan juga mendatangkan berbagai keberkahan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, orang yang mengucapkan istirja ketika ditimpa musibah akan mendapatkan keberkahan, rahmat, dan petunjuk Allah SWT. Bahkan, Allah membangunkan rumah di surga bagi orang yang sabar dan mengucapkan istirja ketika ditinggal meninggal anaknya.

 

Baca juga : Belajar Sabar dari Kisah Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i dan Imam Junaid Al-Baghdadi

 

Kata istirja bukanlah sekadar rangkaian kata-kata, melainkan ekspresi yang sarat makna dan nilai-nilai keimanan. Dalam menghadapi cobaan dan musibah, mengucapkan istirja merupakan bentuk kesabaran, penyerahan diri kepada Allah, dan pengingat bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya. Keutamaan mengucapkan istirja meliputi keberkahan, rahmat, dan petunjuk dari Allah. Dengan menghayati makna kata istirja, umat Muslim diharapkan mampu menjalani kehidupan dengan hati yang tenang dan penuh ketundukan kepada Sang Pencipta.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp