Batemuritour.com- 4 Sifat Wajib bagi Rasul dan Sifat Mustahil Bagi Rasul yang Harus Diketahui
Sebagai umat muslim, tentunya perlu mengetahui dan meneladani sifat wajib bagi rasul.
Nabi dan rasul adalah manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT. Tentunya, hal tersebut yang membedakannya dengan manusia yang lain.
Selain karena mendapatkan amanah berdakwah, ada sifat wajib bagi rasul yang tentunya dimiliki.
Sifat-sifat tersebut yang menjaga mereka dari dosa, karena tugas seorang nabi dan rasul adalah untuk mengantarkan umat dari zaman jahiliah menuju zaman penuh pencerahan.
Bahkan, keteladanan rasul juga diterapkan dalam etika profesi akuntansi.
sifat wajib bagi rasul yaitu siddiq, amanah, tabligh, fathonah.
Nah, kira-kira apa saja sifat wajib bagi rasul ?
Untuk itu, yuk, simak artikel ini hingga akhir!
Beberapa sifat wajib bagi rasul ini merupakan pemahaman yang harus dipahami.
Hal ini terjadi karena sudah menjadi kehendak dari Allah SWT.
Tujuannya adalah agar nabi dan rasul bisa menjadi panutan untuk seluruh umat muslim.
Baca Juga : Ancaman Istri Yang Tidak Ta'at Suami (Kitab Qurrotul Uyun)
Sifat wajib bagi rasul yang pertama adalah As-Shidiq atau sidik yang artinya selalu benar dan jujur.
Sifat wajib bagi rasul ini pasti dimiliki oleh rasul, sebab tidak ada seorang pun rasul yang berbohong kepada orang lain.
As-Shidiq ini begitu melekat pada Nabi Muhammad SAW.
Kejujuran beliau tidak terkenal hanya di kalangan para sahabat, tetapi juga para musuh pun mengakui hal tersebut.
Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ali RA, bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah SAW: “Kami tidak menganggap engkau dusta, tapi menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.”
Selain itu, kejujuran juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada bapaknya.
Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat dan malah mendatangkan mudarat.
Maka Nabi Ibrahim berusaha mengajak bapaknya untuk meninggalkan hal tersebut.
Peristiwa tersebut diabadikan di dalam Al-Qur'an:
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
"Ważkur fil-kitābi ibrāhīm, innahụ kāna ṣiddīqan nabiyyā."
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi,” (QS Maryam: 41).
Sidik sebagai sifat wajib bagi rasul dijelaskan dalam sebuah dalil yang berbunyi,
فَالدَّلِيْلُ: لَوْ كَذِبُوْا فِي ذَلِكَ لَلَزِمَ الْكَذِبُ فِي خَبَرِهِ تَعَالَى، لِتَصْدِيْقِهِ لَهُمْ بِالْمُعْجِزَاتِ الَّتِي يَجْرِيْهَا الله عَلَى أَيْدِيْهِمْ تَأْيِيْدًا لَهُمْ لِأَنَّهَا نَازِلَةٌ مَنْزِلَةَ قَوْلِهِ: "صَدَقَ عَبْدِيْ فِي كُلِّ مَا يُبَلِّغُ عَنِّيْ"
Artinya, “Maka dalil (jujurnya para rasul) adalah: jika seandainya mereka berdusta dalam ajarannya, niscaya berita dari Allah juga dusta, karena Allah telah membenarkan mereka dengan adanya mukjizat, yang Allah berikan kepada mereka sebagai jaminan.
Dan, mukjizat ini sudah menempati posisi firman Allah: ‘Telah benar hamba-Ku dalam setiap apa yang mereka sampaikan dari-Ku.” (Sayyid Husain, al-Hushun al-Hamidiyah lil Muhafazah ‘alal ‘Aqaid al-Islamiyah, [Mesir, Maktabah at-Tijariyah: tt], halaman 50).
Baca Juga: Adab Pergaulan dan Persahabatan Menurut Imam Al-Ghazali
Al-Amanah merupakan sifat wajib bagi rasul lainnya. Memiliki arti dapat dipercaya, sifat ini begitu melekat pada para rasul.
Setiap perkataan maupun perbuatan yang ditunjukkan oleh rasul sudah pasti dapat dipercayai.
Rasulullah tidak mungkin ingkar terhadap perbuatan atau ucapannya, karena tidak ada satupun perbuatannya yang terlepas dari maksud Allah SWT.
Contohnya saat kaum Nabi Nuh AS mendustakan apa yang sudah dibawa dari Allah SWT.
Allah SWT menegaskan bahwa Nuh AS merupakan orang yang terpercaya atau amanah.
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ إِنِّى لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
"Iż qāla lahum akhụhum nụḥun alā tattaqụn. Innī lakum rasụlun amīn."
Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS Asy-Syu’ara: 106- 107).
At-Tabligh artinya adalah menyampaikan.
Tidak pernah sekalipun Rasulullah menyimpan wahyu dari Allah untuk dirinya atau hanya untuk keluarganya sendiri.
Setiap wahyu yang disampaikan kepadanya akan disampaikan kembali kepada umat manusia.
Sebab menyampaikan wahu dari Allah SWT kepada umat manusia merupakan tugas seorang rasul.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya mengenai wahyu yang tidak ada di dalam Al-Qur'an.
Ali menegaskan: “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap Al-Qur'an.”
Hal tersebut juga dijelaskan dalam Al-Qur'an:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
"Yā ayyuhar-rasụlu ballig mā unzila ilaika mir rabbik, wa il lam taf'al fa mā ballagta risālatah, wallāhu ya'ṣimuka minan-nās, innallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn."
Artinya: “Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya.
Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir,” (QS Al-Maidah: 67).
Baca Juga : Serba 7 , 7 (tujuh) perkataan yang dilarang dalam Islam
Al-Fathonah berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Ini merupakan sifat wajib bagi rasul yang mutlak adanya.
Sebab, kecerdasan tersebut dibutuhkan karena berkaitan dengan misi suci yang telah diamanahkan oleh Allah SWT.
Selain itu, karena ujian dan tugas yang diberikan kepada rasul sangat berat, tentunya hal ini memerlukan kecerdasan untuk menyelesaikan masalah secara cepat.
Rasul juga berperan sebagai tokoh Islam, pemimpin, panglima perang, pebisnis, politisi, dan sebagainya semasa hidupnya.
Nabi dan rasul diberi kecerdasan oleh Allah SWT agar mampu merangkul hingga memerangi kaum yang menolak keberadaan Allah SWT dan tidak berada di jalan-Nya.
Selain itu, juga mengajak mereka untuk berada di jalan yang benar dan diridai oleh Allah SWT.
Setelah mengetahui sifat wajib bagi rasul, perlu diketahui juga sifat mustahil bagi para manusia pilihan tersebut.
Sifat-sifat ini mustahil ada pada diri para rasul, karena semua terjaga dari dosa atau maksum.
Tentunya itu semua atas kehendak dari Allah SWT.
Sifat Al-Kizzib merupakan kebalikan dari sifat As-Sidiq. Al-Kizzib artinya dusta atau suka bohong.
Tentu ini merupakan sifat mustahil bagi rasul, sebab lisan dan hati para nabi dan rasul terjaga dari sifat-sifat buruk seperti ini.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Al-Qur'an.
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
"Mā ḍalla ṣāḥibukum wa mā gawā. Wa mā yanṭiqu 'anil-hawā. In huwa illā waḥyuy yụḥā."
Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula keliru, dan tidak pula yang diucapkan itu (Al-Qur'an) kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan,” (QS An-Najm: 2-4).
Baca Juga : Kata-Kata dan Doa yang Diucapkan Setelah Mendapat Musibah dalam Islam
Al-Khianat merupakan sifat mustahil bagi rasul yang berarti berkhianat.
Sifat ini sangat tidak mungkin dimiliki oleh seorang rasul, karena mereka tidak akan berkhianat pada umatnya.
Setiap hal yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada rasul pasti akan disampaikan kepada umatnya.
Terkait hal ini juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an:
ٱتَّبِعْ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ
"Ittabi' mā ụḥiya ilaika mir rabbik, lā ilāha illā huw, wa a'riḍ 'anil-musyrikīn."
Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik,” (QS Al-An’am: 106).
Al-Kitman memiliki arti menyembunyikan, yang tentunya merupakan sifat mustahil bagi rasul.
Sebab, tugas utama yang diemban seorang rasul adalah menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya.
Tentunya tanpa sifat ini, seorang rasul tidak bisa disebut sebagai rasul.
Apalagi yang disembunyikan adalah wahyu dari Allah SWT, maka para nabi yang rasul akan terhindar dari sifat ini karena betul-betul dilindungi oleh Allah SWT.
Hal tersebut telah disebutkan di dalam Al-Qur'an:
قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّى مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
"Qul lā aqụlu lakum 'indī khazā`inullāhi wa lā a'lamul-gaiba wa lā aqụlu lakum innī malak, in attabi'u illā mā yụḥā ilayy, qul hal yastawil-a'mā wal-baṣīr, a fa lā tatafakkarụn."
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat.
Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya),” (QS Al-Anam: 50).
Al-Baladah merupakan kebalikan dari sifat Al-Fatanah yang berarti bodoh.
Sifat ini merupakan salah satu sifat mustahil bagi rasul.
Sebab setiap rasul yang dipilih langsung oleh Allah SWT tidak mungkin bodoh dan tidak bisa berfikir dengan baik.
Walaupun Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang tidak bisa membaca dan menulis pada saat itu, ia sangat pandai dalam hal lain, seperti menyampaikan wahyu dan berdakwah.
Nabi Muhammad juga sangat adil dan bijaksana yang bisa membantu tugasnya dalam menyampaikan wahyu.
Baca Juga: Sejarah Walisongo (Wali 9) di Nusantara
Setelah mengetahui sifat wajb bagi rasul, ada baiknya untuk mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuannya agar mendapatkan pahala dan juga hidup dalam keberkahan, Aamiin.