Batemuritour.com- Menjadi haji mabrur merupakan harapan bagi umat muslim ketika menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Haji mabrur memiliki sejumlah keutamaan yang sangat baik untuk umat muslim. Itulah mengapa Anda perlu mengetahui apa saja syarat dan ciri-ciri haji mabrur sesuai dengan ketentuan dalam syariat Islam.
Seperti yang diketahui, hukum ibadah haji adalah wajib ketika seorang muslim sudah memenuhi sejumlah syarat dan rukun ibadah haji, termasuk mampu melaksanakannya, baik itu mampu secara finansial maupun mampu secara fisik. Haji yang mabrur dapat tercapai ketika seorang muslim terdorong untuk berangkat ibadah haji dan memenuhi semua syarat dan rukun yang ditentukan.
Menurut bahasa, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT. Sementara itu, menurut istilah syar’i, haji mabrur bisa terwujud bila umat muslim melaksanakan ibadah ini sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT dan Muhammad SAW, tentunya dengan memerhatikan syarat, rukun, niat, dan hal-hal wajib lainnya yang harus dipenuhi selama ibadah berlangsung.
Dalam hal ini, umat muslim yang beribadah haji harus menghindari segala larangan dalam ibadah haji agar mencapai kemabruran tersebut. Lantas, apa sebenarnya makna dari haji mabrur? Simak pembahasan lengkapnya berikut ini.
Baca Juga : Perbedaan Ibadah Haji dan Umrah dalam Berbagai Aspek
Dalam bahasa, al mabrur berasal dari kata al birru. Al birru artinya kebaikan atau kebajikan. Dengan begitu, al hajjul mabruru adalah haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan. Kata ‘mabrur’ juga dijelaskan dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia yang bermakna ibadah haji yang diterima pahalanya oleh Allah SWT. Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ulama mengenai haji mabrur.
Dalam syarah Muslim, Imam Nawawi menjelaskan bahwa haji mabrur tidak tercampuri oleh kemaksiatan atau dosa karena imbalannya adalah surga Allah.
Oleh karena itu, makna haji mabrur sering diartikan sebagai haji yang tidak dikotori oleh dosa dan tanpa ada unsur kesombongan di dalamnya. Makna haji mabrur juga dapat mengacu pada kondisi tanpa dosa yang diambil dari kata ‘al-birr’, yang artinya kebaikan atau ketaatan.
Sejalan dengan makna tersebut, kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa karya Jalaluddin As-Suyuthi menyebutkan bahwa bukti seorang muslim telah meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Muslim tersebut pun terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat sepulangnya dari tanah suci untuk berhaji.
Setelah mengetahui pengertian haji mabrur, Anda juga perlu memahami syarat-syarat untuk menjadi atau meraih haji yang mabrur. Berikut adalah beberapa persyaratannya:
Salah satu syarat untuk meraih haji mabrur adalah dengan meluruskan niat selama melaksanakan ibadah haji. Niat menjadi hal yang paling penting dalam setiap ibadah, baik shalat, puasa, umrah, hingga ibadah haji. Niat juga menjadi pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya.
Oleh karena itu, penting bagi jemaah haji untuk mengetahui niat haji sebagai rukun pertama dalam ibadah haji. Sebab, niat yang lurus akan menjaga kemurnian dari tujuan ibadah haji.
Dalam beribadah haji, niat sering diistilahkan dengan ihram. Hal ini dijelaskan pula oleh Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab Ihram, yaitu “Ihram adalah niat dalam hati, yaitu melaksanakan ibadah haji atau umrah.” Menurut Imam An-Nawawi, niat haji tak hanya dilafalkan dan diiringi dengan lafal talbiyah tapi juga perlu dimantapkan di dalam hati.
Untuk meraih haji mabrur, umat muslim juga perlu memahami rukun haji sesuai dengan aturan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Rukun haji disebut juga sebagai syarat wajib yang harus dilakukan oleh setiap jemaah haji.
Apabila seorang muslim tidak melakukan rukun haji, maka ibadahnya dianggap tidak sah. Maka dari itu, biasanya para jemaah haji harus mendapatkan bekal mengenai rukun dan wajib haji sebelum pergi ke Tanah Suci.
Selama menunaikan ibadah haji, setiap umat muslim harus khusyuk agar ibadah yang dilakukan bisa mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Untuk mendapatkan khusyuk, umat muslim perlu mengetahui pemahaman tentang ibadah haji dan kesadaran tentang keagungan Allah SWT.
Baca Juga : Asal-usul Gelar "Haji", Hanya Ada di Indonesia, Warisan Belanda untuk Tandai Pemberontak
Sebagai rukun islam ke-5, haji merupakan ibadah yang memiliki sejumlah aturan yang harus dipenuhi oleh umat muslim. Aturan tersebut terbagi menjadi syarat wajib dan rukun haji. Berikut ini beberapa syarat wajib haji yang perlu Anda ketahui:
Selain syarat wajib haji, setiap umat muslim juga perlu mengetahui rukun haji yang sesuai dengan aturan dari Allah SWT. Rukun haji ini sangat penting dan harus ditaati oleh setiap jemaah agar pelaksanaan ibadahnya sah. Melaksanakan rukun haji juga termasuk ke dalam syarat untuk meraih haji yang mabrur. Berikut adalah rukun ibadah haji yang harus dilakukan oleh jemaah:
Ihram sering kali disebut sebagai niat. Yang dimaksud dengan berihram adalah keadaan suci yang menandai dimulainya ibadah haji untuk setiap jemaah. Ihram dimulai dengan membacakan niat sampai mengenakan pakaian ihram untuk menutup aurat dan menjaga kebersihan.
Wukuf adalah inti dari proses pelaksanaan ibadah haji, waktu ketika seluruh jemaah haji dari berbagai negara berkumpul bersama di Padang Arafah untuk beribadah dengan lebih khusyuk. Waktu wukuf dimulai saat tergelincirnya matahari (masuknya waktu dzuhur) pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai matahari terbit pada 10 Dzulhijjah.
Setelah berihram dan wukuf, para jemaah haji harus melaksanakan rukun ketiga, yaitu tawaf ifadhah. Tawaf adalah ritual berjalan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran. Tawaf ifadhah dilaksanakan setelah jemaah haji berada di Mina untuk melempar jumrah, kemudian kembali ke Mekkah.
Sa’i adalah berjalan kaki atau berlari-lari kecil secara bolak-balik sebanyak tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwah, begitu pun sebaliknya. Saat melintasi kawasan antara bukit Shafa dan Marwah, jemaah haji laki-laki disunnahkan untuk berlari kecil. Sedangkan, jemaah perempuan disunnahkan berjalan cepat.
Tahallul artinya memotong atau mencukur rambut yang dilaksanakan setelah jemaah haji selesai melaksanakan Sa’i. Jika sudah melaksanakan tahallul, maka semua jemaah haji sudah diperbolehkan untuk mengganti pakaian ihram menjadi pakaian biasa yang menutup aurat.
Rukun haji yang terakhir adalah tertib. Artinya, semua rukun tersebut hendaknya dilakukan secara tertib dan berurutan sesuai dengan anjuran yang berlaku.
Baca Juga : Hukum dan Konsekuensi Menunaikan Ibadah Haji dengan Uang Haram
Anjuran mengenai haji mabrur juga sempat dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Hadits Bukhari, yaitu “Tiada balasan bagi haji mabrur selain surga”. Dalam hadist lainnya, beliau menyebutkan “Jihad yang paling utama bagi kalian (kaum perempuan) adalah haji mabrur.” Maka dari itu, wajar bagi setiap muslim mengharapkan haji mabrur.
Menurut para ulama, ciri utama haji mabrur adalah perubahan perilaku menjadi lebih taat kepada Allah SWT setelah melaksanakan ibadah haji. Beberapa ciri yang terlihat, di antaranya: