Batemuritour.com- Puasa Ramadhan adalah ibadah yang memerlukan persiapan fisik. Di antaranya adalah dengan makan sahur. Namun terkadang orang yang berpuasa tidak makan sahur karena lupa, tidak sempat, atau sengaja meninggalkannya. Lalu bagaimana hukumnya bila orang berpuasa tapi tidak makan sahur?
Simak ketentuan terkait hukum puasa tidak makan sahur berikut ini.
Anjuran Makan Sahur Berkaitan dengan pentingnya makan sahur, Rasulullah saw bersabda dalam riwayat Al-Bukhari Muslim:
تَسَحَّروا فإن في السُّحُور بركة
Artinya, “Makan sahurlah kamu, sesungguhnya pada makan sahur terdapat keberkahan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah menganggap penting makan sahur dan memerintahkannya, namun perintah makan sahur ini tidak sampai derajat wajib. Sehingga orang yang puasa namun tidak makan sahur maka hukum puasanya tetap sah. Waktu dan Sunah Makan Sahur Waktu kesunahan makan sahur dimulai dari pertengahan malam sampai waktu fajar. Artinya jika sahurnya sebelum pertengahan malam, maka tidak dianggap sebagai sahur yang disunahkan sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Bakri dalam kitab I’anatut Thalibin. Atau jika sahur di waktu fajar maka menyebabkan puasa di hari itu batal. (Utsman bin Muhammad Syatha Al-Bakri, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Kutub Al-’Ilmiyah: 2018], juz II, halaman 409)
Selain itu disunahkan mengakhirkannya mendekati waktu fajar, tapi tidak terlalu dekat sehingga timbul keraguan apakah waktu sahur masih ada atau justru sudah habis. Nabi saw bersabda dalam riwayat Imam Ahmad:
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ
Artinya, “Umatku akan selalu dalam kebaikan manakala menyegerakan berbuka puasa, dan mengakhirkan sahur.” (HR Ahmad).
Hikmah Disunahkan Makan Sahur Hikmah disunahkan makan sahur adalah untuk menguatkan fisik bagi yang orang hendak memperkuat fisik untuk menjalankan puasa dan untuk menyelisihi ahlul kitab bagi orang yang tidak bertujuan menguatkan fisiknya. (Mahfudh Tarmasi, Hasyiah At-Tarmasi, [Beirut, Darul Kutub Al-Imiyah: 2023], jilid V, halaman 673).
Rasulullah saw ketika berpuasa mengakhirkan makan sahurnya. Jarak antara selesai sahur beliau dengan waktu subuh kurang lebih setara lamanya bacaan 50 ayat, seperti dijelaskan di NU Online dalam artikel berjudul “Waktu yang Utama Makan Sahur ala Rasulullah dan Para Sahabat”. Jika dihitung dengan satuan menit, maka makan sahur sebaiknya sudah selesai kurang lebih 15 menit sebelum fajar. (Hasan Al-Kaf, Taqrirat As-Sadidat, [Tarim, Darul Ilmi wad Da’wah: 2003], halaman 444).
Di dalam kitab Anwarul Masalik disebutkan:
ويندبُ السُّحورُ وإنْ قلَّ، ولوْ بماءٍ، والأفضلُ تأخيرُهُ ما لمْ يخف الصبحَ
Artinya, “Disunahkan makan sahur walaupun sedikit, dan yang paling utama adalah menundanya selama tidak khawatir datangnya waktu Subuh.” (Muhammad Zuhri Al-Ghamrawi, Anwarul Masalik, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2012], halaman 161).
Sahur tidak harus dengan makanan yang bermacam-macam. Kalaupun tidak menemukan makanan walaupun hanya seteguk air putih, asalkan diniatkan sahur, maka kita sudah mendapatkan keutamaan sahur tersebut. Kesimpulannya, hukum sahur adalah sunah. Berpuasa tanpa makan sahur tidak berpengaruh pada keabsahan puasanya, hanya saja tidak mendapatkan pahala atau keutamaan sahur yang disunahkan.
Wallahu a’lam.