Batemuritour.com- Saudaraku, pernahkah engkau meluangkan waktu khusus dengan Al-Qur’anmu? Bersuci sebelum menyentuhnya? Bersiwak sebelum melantunkannya? Dan berniat untuk mendapatkan rida Allah sebelum membaca dan mentadabburinya? Kemudian, pernahkah engkau bertekad untuk dirimu sendiri bahwa setiap kata yang engkau lantunkan dari kalimat-kalimat Allah itu terlebih dahulu engkau pahami maknanya dan memperdalam tafsirnya sebelum beranjak ke ayat-ayat berikutnya?
Saudaraku, jika engkau belum pernah melakukannya, maka mulai saat ini didiklah diri untuk mengamalkannya. Bulan suci Ramadan telah berlalu. Kita begitu sangat antusias berinteraksi dengan Al-Qur’an di bulan mulia tersebut. Akan tetapi, adakah kita berkomitmen untuk menjaga interaksi itu di bulan-bulan lainnya? Bukankah tanda amalan diterima adalah mudahnya kita melakukan amalan-amalan saleh setelahnya?
Baca Juga : Pentingnya memahami syarat membaca Al-Fatihah
Ajaibnya Al-Qur’an
Al-Qur’an ketika dibawa oleh Malaikat Jibril, maka beliau ‘alaihissalam menjadi sebagai sayyidul malaikah (Pemimpin para malaikat). Ketika Al-Qur’an turun di kota Makkah dan Madinah, maka jadilah kota tersebut sebagai tempat paling suci bagi umat. Ketika Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jadilah beliau sebagai sayyidul anbiya’ (pemimpin para nabi). Ketika Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan, maka jadilah bulan tersebut sebagai sayyidul asyhur (bulan paling utama). Dan ketika Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatulqadar, maka jadilah malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana pula jika Al-Qur’an itu ada di hati kita?
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Bukhari no. 4739)
Syekh Syamsuddin Al-Barmawi menjelaskan tentang maksud hadis di atas dengan berkata,
“Bahwa sebaik-baik manusia yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah mereka yang hanya mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, bukan selainnya. Karena, apabila sebaik-baik ‘kalam’ adalah ‘kalam’ Allah Ta’ala, maka begitu pula dengan sebaik-baik manusia setelah para nabi adalah mereka yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an.” (Lihat Kitab Al-Lami’ As-Shabih Bi Syarhi Al-Jami’ As-Shahih, Nomor 13: 129 )
Saudaraku, renungkanlah! Ketika kita membaca Al-Qur’an, mentadabburinya, menghafalnya, dan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah yang termaktub dalam kandungannya? Bukankah engkau akan menjadi hamba Allah yang terpuji?
Hal yang membuat kita jauh dari Al-Qur’an :
Pertama: Belum mengenali Al-Qur’an
Ketertarikan kita terhadap sesuatu tentu saja karena kita mengenal dan mengetahui dengan baik apa yang kita sukai tersebut. Begitu pula dengan Al-Qur’an, bagaimana kita dapat mencintai kitab suci mulia ini jika kita belum mengenal dan mengetahui dengan pemahaman yang baik tentang Al-Qur’an?!
Baca Juga : Pengertian, Hikmah, dan Keutamaan Nuzulul Qur,an
Oleh karenanya, hal pertama kali yang wajib kita yakini adalah bahwasanya Al-Qur’an adalah kalamullah sebagaimana firman-Nya,
الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
“Alif lam ra, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu.” (QS. Hud: 1)
Bagaimana perasaan kita jika membaca kalimat-kalimat yang bersumber langsung dari Allah Ta’ala Rabbul ‘Alamin?! Di dalamnya terdapat petunjuk bagi umat manusia. Bukankah dengan hanya mendengarnya saja, seorang yang beriman hatinya akan bergetar?!
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah karenanya. Dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)
Selain itu, kita perlu menyadari bahwa Allah Ta’ala telah memberikan anugerah kepada kita berupa kemudahan-kemudahan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, jemput dan ambillah anugerah itu dan jadilah ahli Al-Qur’an!
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar:17)
Maka, mengenal Al-Qur’an melalui jalan pemahaman para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum adalah bagian dari cara agar kita tidak jauh dari Al-Qur’an.
Baca Juga : Saktah dalam Ilmu Tajwid: Menyingkap Makna dan Hikmahnya
Kedua: Kemaksiatan
Saudaraku, sadarilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita jalan terbaik, mudah, dan terjangkau untuk menuju keridaan-Nya. Yaitu, dengan meninggalkan segala hal yang dilarang, dan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
ما نهيتكم عنه فاجتنبوه، وما أمرتكم به فأْتُوا منه ما استطعتم، فإنما أَهلَكَ الذين من قبلكم كثرةُ مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم
“Apa yang telah aku larang untuk kalian, maka jauhilah! Dan apa yang telah aku perintahkan kepada kalian, maka lakukanlah semampu kalian! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa disebabkan oleh banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Lihat kitab Takhrij Musykil Al-Atsar, hal. 548.)
Perhatikanlah kalimat pertama pada hadis di atas! Larangan adalah yang terlebih dahulu diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya, tidak ada tawar-menawar dalam kemaksiatan sekecil dan sebesar apapun jenisnya. Sementara untuk perintah, kita diminta untuk melaksanakan sesuai kemampuan kita.
Oleh karenanya, mohonlah pertolongan kepada Allah Ta’ala agar diberikan kekuatan untuk menjaga diri dari segala perbuatan maksiat. Sehingga dengannya kita lebih dimudahkan untuk dapat berinteraksi dengan kalamullah (Al-Qur’an).
Azam untuk Al-Qur’an dan meninggalkan maksiat
Saudaraku, telah kita ketahui bahwa di antara hal-hal yang dapat menjauhkan kita dari Al-Qur’an adalah karena belum mengenal lebih jauh tentang Al-Qur’an dan kemaksiatan yang selalu menguasai diri. Maka, saat ini juga, mohonlah pertolongan kepada Allah untuk dua hal ini. Kemudian, berikhtiarlah dengan semaksimal mungkin mempelajari lebih dalam faedah dan keutamaan Al-Qur’an. Serta bertekadlah untuk membaca, mentadabburi, dan menghafalnya setiap hari semampu yang kita bisa.
Baca Juga : Mengambil Hikmah dari Tafsir Surat Al Kautsar
Terhadap kemaksiatan yang dapat menghalangi ikhtiar kita, hal yang perlu kita lakukan adalah menyibukkan diri dengan berbagai macam aktivitas ketaatan kepada Allah Ta’ala. Jauhi lingkungan yang berpotensi membawa kita kepada jurang kemaksiatan.
Namun, apabila kita saat ini sedang terjatuh dalam bermaksiat kepada Allah, segeralah bertobat dan bertekadlah untuk tidak mengulangi. Yakinlah bahwa Allah Ta’ala Maha Pengampun dan akan memberikan jalan terbaik bagi kita untuk kehidupan dunia dan akhirat.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Wallahu a’lam.