Batemuritour.com- Jumrah ula atau jumrah yang dapat dikenal dengan jumrah sughra memiliki letak posisi di ujung paling timur yang berdekatan dengan masjid Al-Khaif. Jumrah ula menjadi sebagai salah satu aspek penting dalam rangkaian ibadah haji karena lebih dari sekadar ritual melempar jumrah, pelaksanaan jumrah ula ini memiliki makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dalam Islam. Salah satu interpretasi yang sering disampaikan adalah bahwa Jumrah Ula mempunyai tujuan untuk membersihkan diri dari sifat-sifat negatif, salah satunya adalah sifat Qarun.
Baca Juga : Haji Mabrur: Ketahui Pengertian, Syarat, dan Ciri-cirinya
Jumrah Ula merupakan salah satu ritual dalam ibadah haji di mana jemaah haji melempar jumrah kecil, yakni tiga tiang batu yang melambangkan pelemparan setan. Praktik ini dilakukan di Mina pada tanggal 11 Dzulhijjah.
Jumrah ula di maknai dengan sifat Qarun
Qarun merupakan tokoh dalam sejarah Islam yang dikenal karena kekayaannya yang melimpah namun sangat sombong dan kikir. Kekayaan yang dimiliki oleh Qarun tidak membuatnya bersyukur kepada Allah, melainkan membuatnya terjerumus dalam kesombongan dan keangkuhan.
Dalam praktik jumrah ula, diharapkan jemaah dapat membuang sifat Qarun. Beberapa di antaranya adalah:
a. Sifat Ujub
Ujub merupakan sifat membanggakan diri sendiri yang berlebihan atas diri sendiri. Qarun merasa lebih unggul dan mulia dari orang lain karena kekayaan yang dimilikinya.
b. Sifat Lalai Bersyukur
Meskipun diberi nikmat riski yang melimpah, Qarun tidak bersyukur kepada Allah dan Qarun lalai untuk mengakui bahwa segala yang dimilikinya adalah karunia dari-Nya.
c. Sifat Pelit atau Bakhil
Qarun dikenal sebagai sosok yang pelit dan bakhil. Ia enggan membagi kekayaannya dengan orang lain walaupun orang-orang disekitarnya berada diposisi sangat membutuhkan pertolongan.
d. Sifat Pamer
Baca Juga : Tips Beribadah Umrah dengan Aman dan Nyaman
Kekayaan Qarun tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk memamerkan kemewahannya kepada orang lain. Ia menggunakan hartanya untuk membuktikan bahwa qarun dapat membeli semua yang ia inginkan.
e. Sifat Tamak
Keinginan Qarun untuk memiliki lebih banyak harta karena ia merasa tidak pernah puas atas harta yang telah dimilikinya. Ia selalu ingin menambah kekayaannya tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain.
f. Sifat Westernisasi
Qarun cenderung terpengaruh oleh budaya dan gaya hidup Barat yang mengutamakan materi atau kesenangan duniawi, sehingga menjauhkan diri dari nilai-nilai agama islam.
g. Sifat Menghitung-hitung Harta
Qarun sangat mengutamakan kekayaannya namun perhitungan. Ketika Qarun memberikan bantuan kepada orang, ia selalu menghitung-hitung harta yang telah dikeluarkan, sehingga melupakan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
h. Harta Haram
Sebagian kekayaan Qarun diduga diperoleh dari cara-cara yang tidak halal, seperti penipuan atau eksploitasi terhadap orang lain.
Baca Juga : Apakah Peraturan Membolehkan Naik Haji Berkali-kali?
Dalam konteks ibadah haji, melalui pelaksanaan Jumrah Ula, umat Islam diingatkan untuk menjauhi sifat-sifat negatif seperti yang dimiliki oleh Qarun. Praktik jumrah ula mengajarkan pentingnya bersyukur, rendah hati, dan berbagi dengan sesama sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah. Dengan melempar jumrah, jemaah haji diharapkan mampu membuang jauh-jauh sifat-sifat tersebut dan memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta.