Batemuritour.com- Ketika berada di tanah suci untuk menjalankan ibadah haji atau umrah, banyak jemaah Indonesia yang mengalami apa yang disebut sebagai "culture shock". Fenomena ini terjadi ketika seseorang mengalami kebingungan atau kecanggungan karena perbedaan budaya yang signifikan antara tempat asalnya (Indonesia) dengan tempat yang dikunjungi (Tanah Suci di Arab Saudi). Berikut adalah beberapa contoh culture shock yang sering dialami oleh jemaah haji Indonesia di tanah suci:
1. Sholat hanya mengenakan Gamis Panjang
Jemaah Indonesia biasanya terkejut melihat wanita-wanita yang sedang melaksanakan ibadah haji maupun umrah pada saat beribadah di masjid hanya menggunakan gamis panjang tanpa memakai mukena. Kenapa hal tersebut dapat terjadi? jawabannya karena wanita-wanita yang melaksanakan ibadah tersebut pakaiannya dalam keadaan suci tidak terkena najis, menggunakan sarung tangan umrah untuk menutupi punggung kedua tangan, dan menggunakan kaos kaki untuk menutupi area kaki sebagai aurat.
2. Tidak Ada Kotak Amal di Masjid
Berbeda dengan masjid di Indonesia, di tanah suci terlihat tidak terdapat kotak amal di setiap sisi maupun tengah masjid. jadi jika jemaah ingin beramal, jemaah dapat bersedekah langsung dengan memberikannya kepada penjaga atau petugas kebersihan masjid.
3. Tidak Melayani Pembelian saat Adzan Berkumandang
Penjual di dekat area tempat jemaah beribadah ketika mendengar suara adzan dikumandangkan akan segera bergegas untuk menuju masjid agar dapat mengikuti shalat dengan jemaah lainnya. Penjual tersebut tidak ada yang memikirkan barang dagangannya ketika ditinggalkan untuk shalat karena mereka percaya kalau Allah sang Maha Mengetahui
4. Penggunaan Speaker dan Mic Terbatas
Penggunaan speaker dan mic di masjid hanya di area Masjidil Haram dan Masjid Nabawi hanya untuk adzan shalat fardu dan shalat jenazah saja, berbeda dengan penggunaan speaker dan mic di masjid Indonesia yang digunakan untuk banyak hal seperti kegiatan tadarus, mendengarkan lantunan ayat suci atau lagu-lagu islami, dan memberikan pengumuman.
5. Bacaan Sholat Menggunakan Surat Pendek
Kebanyakan jemaah berfikir bahwa surat yang akan dibaca ketika melaksanakan shalat fardu umumnya menggunakan surat panjang yang terdapat pada Al-qur'an, namun ternyata shalat fardu di tanah suci tidak meggunakan surat yang panjang-panjang dan umumnya menggunakan surat pendek, terkecuali untuk shalat tarawih.
6. Menarik Jemaah yang Sedang Sholat
Area masjid memiliki peraturan khusus demi kenyamanan jemaah yang sedang melaksanakan ibadah. Area masjid ketika melaksanakan ibadah shalat fardhu akan terpenuhi mulai dari 1-2 jam sebelum adzan dikumandangkan. Jadi, jemaah yang telat datang dan ingin mendapatkan tempat akan berfikir jika dapat melakukan shalat dimana saja khususnya di tempat yang disediakan untuk jemaah jalan agar tidak mengganggu kenyamanan jemaah yang sedang beribadah. Ketika jalan tersebut digunakan untuk shalat jemaah dan menutup jalan, maka askar tidak segan-segan untuk menarik jemaah tersebut meskipun dalam keadaan sedang sholat sekalipun agar ibadah tetap nyaman dan sesuai dengan aturan.
7. Makanan yang Berbeda Cita Rasa
Makanan di tanah suci sering kali memiliki cita rasa yang berbeda dari makanan asli khas Indonesia. Perbedaan cita rasa tersebut membuat jemaah mengalami fenomena culture shock. Namun, banyaknya jemaah haji dan umrah pada setiap tahunnya membuat pihak dari Hotel di Arab Saudi yang menyediakan makanan khas Indonesia untuk memenuhi kebutuhan jemaah Indonesia.
8. Penjual yang Bisa Berbahasa Indonesia
Banyak penjual di tanah suci yang mampu berkomunikasi dengan jemaah menggunakan bahasa Indonesia, hal tersebut tentunya tidak hanya memudahkan jemaah untuk interaksi dan transaksi namun juga menghadirkan pengalaman keakraban bagi para jemaah dengan para penjual.
Culture shock merupakan bagian dari pengalaman baru Jemaah dalam menjelajahi budaya baru yang ada di tanah suci. Meskipun awalnya dapat dirasakan Jemaah menjadi hal yang mengejutkan atau membingungkan terutama bagi Jemaah yang baru pertama kali mengunjungi tanah suci, namun seiring berjalannya waktu, jemaah akan mulai beradaptasi dengan lingkungan, kondisi, dan suasana yang dapat membuat jemaah dapat memahami serta menghargai perbedaan tersebut.