Batemuritour.com- Diceritakan bahwa ada seorang pemuda fakir miskin yang shaleh dan sangat berbakti terhadap ibunya bahkan dalam kondisi ibunya yang lumpuh, cacat, dan dikenal sebagai perempuan dengan penyakit kulit yang dapat menular. Pemuda tersebut bernama Uwais Al Qarni yang mengalami penyakit sopak atau yang dikenal sebagai penyakit vitiligo yang ditularkan ibunya dan menyebabkan warna kulit ditubuhnya tidak merata.
Baca Juga : Kisah Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi Tentang Pelaksanaan Haji Berulang Kali
Uwais Al Qarni yang tinggal di Yaman, setiap harinya merawat sang ibunya dengan sabar dan penuh kasih sayang serta memenuhi semua keinginan ibunya. Ketika sedang merawat ibunya, Uwais dikagetkan dengan permintaan ibunya yang dipikir-pikir mustahil untuk dipenuhinya.
Permintaan tersebut yakni ibunya ingin menunaikan ibadah haji karena merasa usianya yang sudah cukup tua. “anakku, ibu mungkin tidak akan lama lagi bersamamu, ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji”.
Mendengar permintaan ibunya tersebut, Uwais menjadi termenung dan selalu memikirkan jalan keluar karena perjalanan haji sangatlah jauh melewati padang tandus yang panas. Sedangkan orang-orang yang melakukan perjalanan haji biasanya menggunakan unta dengan membawa bekal. Lalu apa yang dapat dilakukan Uwais untuk memenuhi keinginan orang tuanya namun tidak memiliki apa-apa untuk mewujudkan keinginan ibundanya?
Uwais setiap harinya dengan melakukan aktivitas sehari hari menemukan sebuah ide dengan membeli seekor anak lembu yang dibuatkan kandang sebagai rumahnya di atas puncak bukit dengan diameter ketinggian yang begitu tinggi. Setiap harinya Uwais bolak-balik untuk memberi makan dan menggendong anak lembu tersebut untuk naik dan turun bukit. Masyarakat disana menganggap bahwa apa yang dilakukan Uwais merupakan hal konyol dan banyak yang mengatakan bahwa Uwais gila karena tinggah laku yang dilakukannya.
Namun, dengan semangat yang hadir pada dirinya membuat Uwais menghiraukan perkataan orang-orang dan tetap melakukan hal yang sama yakni menggendong lembu naik dan turun bukit. Semakin hari lembu tersebut semakin besar yang membuat Uwais memerlukan tenaga yang lebih kuat untuk menggendongnya. Kebiasaannya menggendong lembu naik dan turun bukit membuatnya tidak merasa keberatan menggendong anak lembu yang bobotnya bertambah besar.
Baca Juga : Pandangan Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Tentang Pelaksanaan Haji Berulang Kali
Tidak terasa sudah 8 bulan terlewatkan, artinya bulan ini merupakan bulan musim haji. kegiatan menggendong lembu yang telah dilakukan berbulan-bulan telah membuahkan hasil yakni otot Uwais yang semakin kuat karena pada bulan ini lembu Uwais mencapai berat 100 Kg. ternyata Uwais melakukan hal tersebut berulang kali dengan maksud untuk latihan menggendong ibunya agar dapat mewujudkan keinginan ibunya untuk berhaji.
Uwais menunjukkan kecintaan dan bakti pada ibunya dengan menggendong ibunya berjalan kaki menempuh perjalanan jauh dari Yaman tempat ia tinggal sampai ke Makkah. Sesampainya di Makkah mereka melakukan ibadah haji. Uwais dengan tegap berjalan menggendong ibunya sedang melaksanakan wukuf di Ka’bah.
Ibunya sangat terharu sampai mengeluarkan air mata atas diwujudkannya keinginan beliau oleh anaknya ketika melihat Baitullah di depannya. Di depan Ka’bah Uwais berdo’a “Ya Allah ampunilah semua dosa ibuku”, dengan heran ibunya bertanya “Bagaimana dengan dosamu?”. Namun dijawab oleh Uwais “Dengan terampuninnya semua dosa-dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukup ridha dari ibulah yang akan membawaku ke surga”.
Setelah Uwais dan Ibunya berdo’a, seketika penyakit yang diderita oleh Uwais langsung sembuh dengan meninggalkan bulatan putih di dengkulnya. Ternyata tanda tersebut merupakan tanda yang diberikan Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais karena ada pesan dari Rasulullah SAW untuk mencari Uwais “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya, demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR Bukhari dan Muslim)
Baca Juga : Waktu-waktu Terbaik Melaksanakan Ibadah Umrah
Kisah Uwais Al Qarni mengajarkan kita tentang pentingnya bakti kepada orang tua, kesabaran dalam menghadapi ujian, dan kekuatan tekad untuk mewujudkan cita-cita meskipun dalam kondisi sulit sekalipun. Uwais Al Qarni menjadi bukti bahwa cinta dan kepedulian pada orang tua merupakan salah satu jalan menuju surga, sebagaimana yang diajarkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Semoga kisah Uwais Al Qarni menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh makna dan berkah.