Batemuritour.com- Diceritakan pada kitab An-Nawâdir karya dari Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi mengenai kisah gagalnya Abdullah bin Mubarak yang merupakan ulama zuhud dan juga menjadi ahli fiqih serta hadits.
Baca Juga : “Uwais Al Qarni Berhaji” Kisah Pemuda Istimewa di Mata Rasulullah
Kisah menakjubkan tersebut diawali dengan perjalanan panjang untuk berhaji yang dilakukan Abdullah bin Mubarak yang berhenti di Kota Kufah. Ia melihat seorang perempuan yang mencabuti bangkai bulu itik yang akhirnya itik tersebut dikonsumsi dagingnya. Dipastikan lagi oleh Abdullah dengan bertanya “ini bangkai atau hasil sembelihan halal”, dijawab perempuan tersebut “bangkai, dan akan aku makan bersama keluargaku”
Abdullah merasa heran dan berfikir bahwa bangkai haram tersebut ternyata menjadi santapan keluarga. Ia mengingatkan perempuan tersebut kalau tindakan yang dilakukannya itu haram, namun yang didapati Abdullah adalah pengusiran. Setelah saat itu, Abdullah pergi tapi selalu datang dengan nasihat yang sama berkali-kali. Hingga suatu hari perempuan tersebut menjelaskan perihal keadaannya. "Aku memiliki beberapa anak. Selama tiga hari ini aku tak mendapatkan makanan untuk menghidupi mereka."
Bergetarlah hati Abdullah mendengarkan jawaban tersebut. Segera ia pergi dan kembali bersama keledainya dengan membawa berbagai makanan, pakaian, dan sejumlah bekal. "Ambilah keledai ini dan barang-barang bawaannya. Semua aku berikan untukmu.". Semua yang diberikan Abdullah bin Mubarak merupakan bekal yang dibawanya untuk perjalanan ibadah haji yang cukup jauh.
Baca Juga : Pandangan Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Tentang Pelaksanaan Haji Berulang Kali
Akibatnya, Abdullah bin Mubarak tidak memiliki bekal apapunn untuk melanjutkan perjalan hajinya. Tak terasa, musim haji berlalu dan Abdullah bin Mubarak masih berada di Kufah. Yang artinya, ia gagal menunaikan ibadah haji tahun itu karena memilih membantu perempuan yang tidak dapat memberikan makanan untuk keluarganya. Dia pun memutuskan bermukim sementara di Kufah sampai para jamaah haji pulang ke negeri asalnya untuk ikut pulang bersama rombongan. Begitu tiba di kampung halaman, Abdullah disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat. Mereka beramai-ramai memberi ucapan selamat atas ibadah hajinya.
Abdullah merasa malu karena keadaannya tidak seperti yang disangkakan orang-orang. "Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," katanya meyakinkan para penyambutnya. Namun, kawan-kawannya yang berhaji menyuguhkan cerita lain. "Subhanallah, bukankah kami menitipkan bekal kepadamu saat kami pergi kemudian mengambilnya lagi saat kau berada di Arafah?" Yang lain ikut menanggapi, "Bukankah kau yang memberi minum kami di suatu tempat sana?" "Bukankah kau yang membelikan sejumlah barang untukku," kata satunya lagi. Abdullah bin Mubarak semakin bingung dengan berkata di dalam hatinya bahwa "Aku tidak paham dengan apa yang kalian katakan. Aku tidak melaksanakan haji tahun ini." Hingga malam harinya, Abdullah dalam keheranannya tidur dan bermimpi mendengar suara sosok seseorang yang mengatakan, "Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu untuk menunaikan ibadah haji."
Baca Juga : Pandangan Syaikh Ibn Baz tentang pelaksanaan haji berulang kali
Apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Mubarak merupakan prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah, sedekah juga merupakan ibadah. Namun, Abdullah bin Mubarak mendahulukan yang ibadah sedekah karena melihat seseorang yang sangat membutuhkan daripada dirinya sendiri. Abdullah bin Mubarak pada kisah tersebut tidak sedang meremehkan ibadah haji. namun, hanya mendahulukan apa yang seharusnya didahulukan. Abdullah bin Mubarak sedang mengatasi masalah yang sangat mendesak, yakni menyangkut kebutuhan dasar orang lain, dengan menunda ibadah haji tahun itu. Sebab haji yang tertunda masih dapat dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya.