Batemuritour.com- Di berbagai daerah Indonesia, aneka tradisi berlangsung dan selalu langgeng dalam momen perayaan Hari Raya Idul Fitri. Di sebagain besar wilayah Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), salah satu adat yang selalu terpelihara adalah kundangan.
Kundangan di momen Idul Fitri bukan berarti menyumbang orang hajatan sebagaimana umumnya di Indonesia. Namun, kundangan di sini adalah orang-orang datang ke mushola atau masjid dengan membawa berkat (makanan dalam nampan) untuk didoakan bersama-sama.
Baca Juga : 4 Hal Sunnah Rasulullah Sebelum Sholat Ied
Berkat satu nampan biasanya berisi nasi putih atau uduk, lauk pauk khas setempat berupa tempe orek (kering) mie goreng, serundeng (kelapa disangrai), peyek, serta tempe goreng, telur atau ayam.
Sebagian warga juga biasanya membawa berkat berupa buah-buahan. Biasanya, setiap orang yang membawa berkat tersebut juga menyiapkan wajib. Wajib ini hanya sebagai istilah sejumlah uang untuk shodaqoh yang diberikan sebagai infak untuk mushola atau masjid yang digunakan sebagai lokasi kundangan.
Tidak ada patokan besaran wajib yang harus dibawa tiap orang saat kundangan. Biasanya, untuk ukuran desa saat ini wajib setiap berkat adalah berkisar antara Rp 2.000 sampai dengan Rp 5.000.
Kundangan di masjid atau mushola seusai shalat idul fitri umumnya diikuti oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan tersebut. Setelah semua warga berkumpul di mushola atau masjid, mereka mengelilingi berkat yang sudah ditatap rapi memanjang.
Baca Juga : Keutamaan Menghidupkan Malam Idul Fitri
Selanjutnya kyai atau ustadz setempat akan memimpin doa dengan terlebih dahulu berkirim shalawat dan Al-Fatihah untuk Nabi Muhamaad SAW, serta ahli kubur masyarakat setempat.
Yang paling unik adalah, setelah kyai atau ustazd berdoa, berkat dibuka bersama-sama.
Di sini akan terjadi sedikit rebutan lauk antarpeserta kundangan. Lauk yang dianggap paling enak tentu paling banyak diburu
Sebagian lainnya akan bertukar lauk satu berkat dengan berkat lainnya.
Setelah puas sedikit berebut lauk, selanjutnya semua orang yang hadir akan makan bersama. Mereka menggunakan alas makan seadanya, mulai daun pisang hingga kertas minyak.
Baca Juga : Sungkeman Lebaran, Tradisi Penuh Makna Asal Jawa
Tradisi ini juga diiringi dengan ngobrol keakraban antarwarga. Setelah makan bersama usai, selanjutnya secara bersama pula mereka akan pulang ke rumah masing-masing. Biasanya, sebelum pulang akan diiringi dulu dengan pekikan shalawat nabi dari salah seorang peserta kundangan.
Di Desa Paseyan Kecamatan Jatirogo Tuban, tradisi kundangan seusai shalat Id sudah berlangsung puluhan tahun lalu. Kundangan dilaksanakan di setiap mushola dan masjid.
“Ini tradisi bagus yang harus dilestarikan. Selain sebagai wujud syukur diri, kundangan di mushola dan masjid ini juga sebagai momen keakraban dan kepedulian antar masyarakat. Masyarakat akan terjaga kerukunannya.
Baca Juga : 7 Tips Mudik Dengan Mobil Pribadi Agar Aman
Di Desa Bitingan Kecamatan Sale Rembang, berkat bahkan dibawa ketika warga berangkat shalat id.
Sehingga setelah shalat id, mereka tidak langsung pulang ke rumah, melainkan menunggu kundangan selesai.