Batemuritour.com- Teringat sebuah proposisi yg dikemukakan oleh Ibnu Sina, ia mengatakan, "Indra lebih kuat menggerakkan dan memaksa ruh daripada akal".
Ketika rasa malas menghampiri, seringkali sebagian dari kita seolah membutuhkan motivasi untuk mengatasinya. Hal itu tidaklah salah, karena bagaimanapun dorongan eksternal turut berkontribusi dalam membantu kita. Namun, argumen yang akan saya ajukan kali ini sedikit berbeda, dengan meminimalisir ketergantungan faktor eksternal, dan menjadi dorongan internal--ini tugas dalam diri sendiri.
Baca Juga : Ada Tujuh Cara Meninggalkan Maksiat
Berdasar pada proposisi yang telah dikemukakan Ibnu Sina sebelumnya, salah satu cara dari berbagai cara untuk mengatasi rasa malas melakukan sebuah tugas adalah dengan melibatkan panca indra kita ke dalam tugsd tertentu, semakin banyak panca indra yang terlibat akan semakin baik.
Misalnya, ketika ingin mengerjakan tugas kuliah, alih-alih banyak mencari motivasi eksternal, atau berdalih dengan perasaan (mood), akan lebih baik melibatkan panca indra kita terhadap tugas tersebut. Dengan duduk di meja belajar, membuka buku catatan, modul, menyalakan gawai untuk mencari tugas yang akan dikerjakan ataupun mencari informasi. Semakin banyak indra yang terlibat akan semakin baik. Mengatasi rasa malas dan beribu alasan cukup dengan melakukan (act) yang sebaliknya dari perasaan dan dalih tersebut.
Baca Juga : Hijrah untuk Hidup Agar Penuh Berkah
Satu aksi lebih baik dari seribu motivasi.
KENAPA AKSI?
Sekali lagi, kita sama sekali tidak menafikan sebuah keberadaan eksternal, tetapi, anda adalah apa yang anda lakukan, atau ada sebuah kalimat yang mengatakan, "You are what you do, not what you say". Tepat sekali. Aksi fisik merupakan cerminan dari keadaan jiwa.
Sebagaimana klaim Ibnu Sina, ketika aksi dan reaksi daya-daya batin dilakukan berulang kali, ia akan menjadi bakat yang kuat, dengan cara inilah perilaku dibentuk.
Setiap reaksi yang mengarah pada suatu aksi pasti bersesuaian dengan aksi tersebut; yang bersesuaian dengan sesuatu pasti bertentangan dengan lawannya, yang bertentangan dengan lawannya, jika ia menetap berulangkali, akan mengurangi kesiapan lawannya serta meningkatkan kesiapan sesuatu yang bertentangan dengan lawannya.
Baca Juga : Yuk Kenali Manfaat dari Ikhtiar !
NALAR SEBAGAI GERBANG PEMBERDAYAAN
Kita bisa lihat pada gambar di atas, sebuah konsep Psikologi Islam dalam kajian metafisika, dalam konsep tersebut tidak ada indra, tetapi ada hal penting lain disamping indra, yakni akal (). Kontribusi akal atau pikiran demikian berpengaruh pada kondisi hidup seseorang, hidup ini bermula dari pikiran. Dalam Islam itu sendiri akal merupakan keberadaan fungsional. Akal dan hati itu keterikatan, dan bukan dikotomi.
Di dalam Al-Qur'an, kata akal hanya menjadi 2 kedudukan saja, yang pertama, sebagai kata kerja (), dan yang kedua sebagai subjek dan predikatnya adalah hati.
Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 46 :
Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada dalam dada.
Baca Juga : Membiasakan Tidur Awal dan Bangun Awal
Hati tidak dapat menolak sesuatu yang logis, urgensi penalaran kognitif rasional bagi seorang muslim itu utama. Bagaimana Anda menjalani kehidupan Anda? Seperti itu kah yang Anda inginkan untuk anda lakukan?.
Ruh adalah non materi secara zatnya, dan materi secara aktivitasnya.