Batemuritour.com- Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu khalifah Bani Umayyah yang dikenal karena kebijaksanaan dan keadilannya. Lahir pada tahun 61 H di Madinah, ia adalah keturunan dari Umar bin Khattab melalui garis ibunya. Nama lengkapnya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan, adalah gubernur Mesir, memberikan latar belakang yang kuat dalam pemerintahan dan politik.
Baca juga: Kisah Abdullah bin Ummi Maktum RA, Sahabat Tunanetra yang Taat
Umar bin Abdul Aziz tumbuh dalam lingkungan yang berpengaruh, dengan empat saudara kandung dan enam saudara lain ibu. Ayahnya, seorang gubernur terkemuka, memberikan fondasi yang kuat dalam pendidikan dan administrasi pemerintahan. Umar bin Abdul Aziz dikenal memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap agama dan pengetahuan, yang kelak membentuk gaya kepemimpinannya.
Jabatan khalifah yang diembannya didasarkan atas wasiat sepupunya, Sulaiman bin Abdul Malik, yang merupakan khalifah sebelumnya. Pada awalnya, Umar bin Abdul Aziz menolak jabatan tersebut, ingin agar rakyat memilih pemimpin mereka sendiri. Namun, hasil pemungutan suara menunjukkan dukungan penuh rakyat kepadanya, dan ia akhirnya menerima jabatan tersebut.
Dalam pidato pertamanya sebagai khalifah, ia menyatakan: "Wahai, rakyatku! Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dalam memimpin kalian. Jangan sekali-kali kalian patuhi aku jika aku telah melenceng dari ajaran-Nya. Sesungguhnya, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Akan tetapi, aku adalah orang yang paling berat tanggung jawabnya di antara kalian!"
Baca juga: Inilah 7 Bahaya Kepadatan Haji Supaya Jemaah Dapat Waspada
Umar bin Abdul Aziz melihat posisinya sebagai amanah dari rakyat, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Dia sering menangis mengingat tanggung jawab besar yang diembannya dan kerap kali mengumpulkan ulama untuk mendiskusikan kematian dan keadaan akhirat. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya keimanan dan kesadaran spiritualnya.
Pada suatu malam, saat berbicara dengan sahabatnya tentang kubur dan penghuninya, Umar bin Abdul Aziz menjelaskan proses tubuh yang membusuk setelah kematian. Renungan tersebut begitu mendalam hingga ia pingsan sebelum menyelesaikan kalimatnya. Ini menggambarkan betapa seriusnya ia dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian dan kehidupan setelahnya.
Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz melihat iring-iringan orang yang mengantar jenazah di tengah terik matahari dan debu beterbangan. Pemandangan itu membuatnya bersyair tentang ketakutan manusia akan kematian dan kesia-siaan kehidupan dunia. Salah satu bait syairnya berbunyi: "Barang siapa takut akan cacat dan kusut ketika matahari atau debu menimpa keningnya dan ia berteduh di bawah naungan agar tetap rupawan suatu hari kelak ia akan hina dan tinggal dalam kubur."
Syair ini menunjukkan kesadaran mendalam Umar bin Abdul Aziz akan kefanaan dunia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.
Umar bin Abdul Aziz dikenang sebagai salah satu pemimpin yang paling adil dan bijaksana dalam sejarah Islam. Kebijaksanaannya dalam memimpin, keadilannya terhadap rakyat, dan ketakwaannya kepada Allah SWT menjadikannya teladan bagi para pemimpin berikutnya. Keputusannya yang sering diambil berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan kemaslahatan umat memperkuat reputasinya sebagai khalifah yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Baca juga: Kisah Inspiratif Miqdad bin Amr: Sahabat Rasulullah yang Jujur dan Amanah
Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz yang adil, penuh dengan ketakwaan dan kesadaran akan tanggung jawab, memberikan inspirasi tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh pemimpin di berbagai zaman. Ia adalah contoh nyata bagaimana kekuasaan dapat digunakan untuk kebaikan dan bagaimana seseorang harus selalu mengingat akhirat dalam setiap langkah kehidupan.