Batemuritour.com - Di sebuah desa kecil di Persia, hidup seorang ulama sekaligus filsuf yang dikenal dengan kecerdikannya dan tingkah lakunya yang lucu, yaitu Nasruddin Hoja. Nasruddin sering kali menjadi pusat perhatian warga desa karena kisah-kisah lucunya yang selalu mengandung pelajaran berharga. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Nasruddin pergi ke tukang cukur untuk memotong rambutnya.
Suatu hari, Nasruddin merasa rambutnya sudah terlalu panjang dan berantakan, jadi ia memutuskan untuk pergi ke tukang cukur. Tentu saja, seperti biasanya, Nasruddin selalu menemukan cara untuk membuat suasana menjadi lucu, bahkan di tempat yang sesederhana kedai tukang cukur.
Setelah tiba di kedai, Nasruddin duduk di kursi tukang cukur dengan penuh percaya diri. Si tukang cukur, yang sudah mengenal Nasruddin dengan segala keanehan dan kecerdasannya, mulai bekerja dengan hati-hati.
Ketika si tukang cukur mulai memotong rambut Nasruddin, tiba-tiba ia melihat ada sesuatu yang aneh di kepala Nasruddin. "Wahai Nasruddin, mengapa kepalamu terlihat tidak rata? Bagian sebelah kiri kepalamu lebih besar daripada yang sebelah kanan. Apakah engkau menyadarinya?"
Nasruddin yang selalu punya jawaban siap, dengan tenang menjawab, "Oh, itu memang sengaja aku lakukan. Ini karena aku terlalu sering berpikir dengan otak sebelah kiri. Itulah mengapa sisi kiriku lebih besar!"
Si tukang cukur tak bisa menahan tawa mendengar jawaban kocak Nasruddin. Namun, ia masih melanjutkan pekerjaannya dengan serius. Ketika tiba pada bagian kumis Nasruddin, si tukang cukur mulai mencukur kumisnya sedikit demi sedikit. Namun, Nasruddin tiba-tiba berkata, "Berhenti! Cukur kumisku hanya setengah saja."
Si tukang cukur yang kebingungan bertanya, "Kenapa kumismu hanya dicukur setengah, Nasruddin? Bukankah lebih baik dicukur habis atau dibiarkan tumbuh?"
Nasruddin tersenyum dan menjawab, "Aku tidak mau terlihat terlalu tampan. Jika kumisku hanya setengah, orang akan tahu bahwa aku sedang dalam proses menjadi tampan. Itu lebih menarik!"
Si tukang cukur tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Nasruddin yang tak terduga. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaan memotong rambut Nasruddin hingga selesai.
Ketika potongan rambutnya selesai, Nasruddin melihat bayangannya di cermin. Sambil tersenyum puas, ia berkata, "Wahai tukang cukur, engkau telah membuatku tampak sangat cerdas dengan rambut yang baru ini. Tapi aku khawatir, dengan tampilan secerdas ini, semua orang akan datang meminta nasihat dariku setiap hari!"
Si tukang cukur, yang tertawa terpingkal-pingkal, menjawab, "Wahai Nasruddin, dengan atau tanpa potongan rambut ini, engkau tetaplah orang paling cerdik di desa ini."
Cerita ini bukan hanya menghadirkan tawa, tetapi juga menunjukkan bagaimana Nasruddin selalu bisa menghibur orang dengan kecerdasan dan humornya. Meskipun konyol, ada pelajaran berharga bahwa humor dapat menjadi cara untuk meredakan ketegangan dan membuat hidup lebih ringan. Dalam kehidupan sehari-hari, humor yang cerdas bisa memberikan pelajaran, hiburan, dan keceriaan kepada orang di sekitar kita.
Wallahua’lam