Batemuritour.com- Walimatussafar adalah tradisi yang dilakukan oleh calon jamaah haji atau umrah sebelum berangkat ke Tanah Suci. Kegiatan ini bertujuan untuk memohon doa restu dari keluarga, kerabat, dan tetangga, sekaligus mempererat silaturahmi. Namun, dalam pelaksanaannya, walimatussafar perlu memperhatikan kebijakan tertentu agar berjalan sesuai nilai-nilai agama dan budaya setempat. Berikut adalah pembahasan mengenai kebijakan penyelenggaraan walimatussafar yang ideal.
Baca Juga : Inilah Doa yang Diminta Ketika Acara Walimatussafar agar Perjalanan Lancar dan Aman
Kebijakan utama dalam walimatussafar adalah memastikan acara dilakukan dengan sederhana. Tradisi ini sebaiknya tidak menjadi ajang pamer atau pemborosan yang melampaui kemampuan finansial. Dalam Islam, Rasulullah SAW menekankan pentingnya kesederhanaan, termasuk dalam acara seperti walimatussafar.
Calon jamaah disarankan untuk menyediakan konsumsi secukupnya tanpa perlu menyelenggarakan acara yang berlebihan. Dengan demikian, tradisi ini tetap menjadi sarana ibadah, bukan beban ekonomi.
Kebijakan berikutnya adalah memastikan fokus acara pada kegiatan doa dan pemberian nasihat keagamaan. Biasanya, walimatussafar diisi dengan tausiyah atau ceramah singkat dari tokoh agama, yang memberikan motivasi spiritual kepada calon jamaah. Hal ini sesuai dengan tujuan utama walimatussafar, yaitu memperkuat niat dan semangat beribadah calon jamaah.
Selain itu, undangan juga diajak untuk mendoakan keselamatan dan kelancaran perjalanan ibadah haji atau umrah. Doa bersama ini menjadi inti dari penyelenggaraan walimatussafar.
Baca Juga : Inilah Hukum Mengadakan Walimatussafar dalam Islam agar Sah dan Diperbolehkan
Kebijakan penting lainnya adalah memperhatikan sisi sosial dan hubungan dengan masyarakat sekitar. Walimatussafar hendaknya tidak memunculkan kesenjangan sosial. Misalnya, tidak perlu memberikan suvenir mahal kepada tamu undangan, karena tujuan utama acara adalah silaturahmi dan doa.
Sebaliknya, calon jamaah dapat memanfaatkan momen ini untuk berbagi rezeki secara sederhana, misalnya dengan memberikan santunan kepada anak yatim atau tetangga yang membutuhkan.
Dalam situasi tertentu, seperti pandemi, kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan acara harus diperhatikan. Hal ini mencakup pembatasan jumlah tamu, penerapan protokol kesehatan, dan pengaturan tempat acara.
Pemerintah atau pihak terkait juga mengingatkan agar tidak membuat acara yang terlalu ramai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, calon jamaah sebaiknya menyesuaikan walimatussafar dengan kondisi terkini.
Baca Juga : 6 Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Ketika Walimatussafar agar Tetap Fokus pada Esensi Ibadah
Walimatussafar merupakan tradisi yang memiliki makna mendalam bagi calon jamaah haji atau umrah. Agar pelaksanaannya tetap relevan dengan nilai agama dan norma sosial, kebijakan penyelenggaraannya harus berlandaskan kesederhanaan, fokus pada doa, menjaga keseimbangan sosial, serta mematuhi aturan yang berlaku. Dengan mengikuti kebijakan tersebut, walimatussafar dapat menjadi momen yang berkah dan penuh manfaat. Semoga artikel ini membantu Anda memahami kebijakan dalam penyelenggaraan walimatussafar. Jika dilakukan dengan bijak, tradisi ini dapat menjadi sarana silaturahmi sekaligus persiapan spiritual yang bermakna.