Batemuritours.com - Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi perbuatan yang dapat membawa seseorang ke dalam neraka. Salah satu cara agar dapat menghindari siksa neraka adalah dengan mengetahui jenis-jenis perbuatan yang mengantarkan ke sana serta karakteristik penghuni neraka yang disebutkan dalam hadis-hadis Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW menyebutkan dua jenis penghuni neraka yang menjadi peringatan keras bagi umat Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihat keduanya: (1) kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk mencambuk orang, dan (2) wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggak-lenggok, dan menghias kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau surga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh.” (HR. Muslim, no. 2128).
Berikut adalah penjelasan tentang dua jenis penghuni neraka ini:
1. Kaum yang Memiliki Cambuk seperti Ekor Sapi
Golongan pertama yang disebutkan oleh Rasulullah SAW adalah orang-orang yang memiliki "cambuk seperti ekor sapi" yang mereka gunakan untuk mencambuk atau menyiksa manusia. Para ulama menjelaskan bahwa golongan ini adalah simbol kekuasaan yang disalahgunakan oleh orang-orang yang zalim. Mereka adalah penguasa atau pihak yang memiliki otoritas tetapi menyalahgunakan kekuasaan tersebut untuk menindas rakyat, menegakkan hukum dengan tidak adil, atau menggunakan kekerasan untuk menekan orang lain.
Cambuk seperti ekor sapi melambangkan tindakan represif, keras, dan kejam terhadap sesama manusia. Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam kehidupan modern, golongan ini juga bisa merujuk pada mereka yang menggunakan otoritasnya untuk menyakiti orang lain, baik dengan kekerasan langsung maupun melalui kebijakan yang tidak adil dan merugikan masyarakat.
Allah SWT sangat melarang kezaliman, baik dalam bentuk kecil maupun besar. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim).
2. Wanita yang Berpakaian tetapi Telanjang
Golongan kedua adalah wanita-wanita yang "berpakaian tetapi telanjang." Istilah ini merujuk pada wanita yang mengenakan pakaian tetapi tidak menutupi auratnya dengan benar. Pakaian yang mereka kenakan terlalu tipis, ketat, atau pendek sehingga tidak memenuhi syarat menutup aurat yang ditetapkan dalam Islam. Wanita seperti ini juga digambarkan sebagai mereka yang berjalan dengan gaya berlenggak-lenggok, menarik perhatian orang lain, dan menghias kepala mereka menyerupai punuk unta yang miring.
Ulama menafsirkan karakteristik ini sebagai bentuk penyimpangan dari perintah Allah tentang menjaga kehormatan dan kesopanan. Wanita yang berpakaian tetapi telanjang bukan hanya mengabaikan kewajiban menutup aurat, tetapi juga memanfaatkan tubuh mereka untuk menarik perhatian atau memancing godaan. Sikap ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menganjurkan kesederhanaan, rasa malu, dan menjaga martabat.
Allah SWT berfirman:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin agar mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal dan tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Hadis ini memberikan peringatan yang tegas tentang dua golongan penghuni neraka yang harus dihindari. Golongan pertama adalah mereka yang zalim dan menyalahgunakan kekuasaan untuk menyiksa atau menindas manusia. Golongan kedua adalah wanita yang berpakaian tetapi tidak memenuhi syarat menutup aurat serta berperilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai Muslim, penting bagi kita untuk menjauhi sifat-sifat yang disebutkan dalam hadis ini. Dengan menjunjung tinggi keadilan, menjaga aurat, serta menjalani kehidupan yang sesuai dengan syariat, insyaAllah kita akan terhindar dari menjadi bagian dari penghuni neraka. Hadis ini juga menjadi pengingat untuk senantiasa introspeksi diri dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan sesama manusia.
Wallahua’lam