“Alangkah baiknya Nahwu yang engkau contohkan”
(Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib)
Batemuritour.com - Abu al Aswad, menurut cerita yang mahsyur bernama asli Zalim bin Amr namun dikenal dengan ad-Duali seorang alim yang mulia lahir pada masa kenabian.
Beliau juga pernah menjabat sebagai hakim di wilayah Bashrah.
Dalam bidang hadits , banyak banyak ulama besar meriwayatkan hadits darinya, yang mana ia mendapatkan hadits dari generasi sahabat seperti Ummar bin Khattab,
sahabat Ali, Ubay bin Kaab, Abu Dzar, Abdullah bin Mas’ud dan beberapa sahabat lainnya.
sumber foto: darunnuhat.com
Beliau diberi mandat oleh sahabat Ali bin Abi Thalib untuk meletakkan dasar-dasar nahwu karena mendapati banyaknya lahm (kesalahan pengucapan bahasa arab karena pengaruh dialek asing).
Ada beberapa versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu ini antara lain:
Menurut Muhammad bin Salam al-Jumahi, Abu al-Aswad adalah orang pertama yang memperkenalkan teori dan dasar pembahasan fail (subyek), Maf’ul (Objek),
Mudhof (Frase) dan harakat rafa’, nashab, jer juga jazm. Kemudian teori ini dilanjutkan oleh Yahya bin Ya’mur.
Baca juga:
Ingin Sempurnakan Bacaan Al-Quran? Ketahulah 3 Ketentuan Sujud Tilawah (Sujud Al-Quran)
Mari Mengenal Lebih Abdullah bin Katsir, Guru Para Pembaca Al-Quran!
Selanjutnya juga ada yang mengatakan dari anak Abu al Aswad
Salah seorang anak perempuannya berkata,
يا أبت؛ ما أحسنُ السَّمَاء!
Kata أحسن harakat terakhirnya dhommah. Kata السماء harokat terakhirnya kasroh.
Anak tersebut ingin mengatakan:
“Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat akhirnya salah,
maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”.
Sehingga Abul- Aswad menjawabnya,
يا بنية؛ نجومها
“Bintangnya, nak”
Anaknya berkata,
“Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”
Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!
ما أحسنَ السَّمَاء!
“Alangkah indahnya langit.”
Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya,
“Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?”
Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya kepada Ali bin Abu Thalib.”
Dengan demikian, ilmu nahwu sangat membantu orang-orang non-Arab dalam membaca teks Arab.
Terutama teks Arab gundul. Dengan benarnya harokat seseorang bisa memahami teks Arab dengan pemahaman yang benar.
Jika memahami teks dengan benar saja tidak mampu, maka bagaimana bisa akan mendapat kesimpulan dan pemahaman yang benar dari suatu teks. I
nilah jasa besar Abul Aswad ad-Duali kepada umat ini.
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com