Kenali Slametan Surtanah atau Geblak – Tradisi Ritual Kematian Budaya Masyarakat Jawa

By. Siti Rahmawati - 09 May 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Secara antropologi budaya, masyarakat Jawa, atau tepatnya suku bangsa Jawa, adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai  ragam dialeknya secara turun-temurun.

Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa yang meliputi wilayah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri, sedangkan di luar wilayah tersebut dinamakan Pesisir dan Ujung Timur.

 

Masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang kental dengan norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama.

Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri masyarakat Jawa secara kekerabatan.

 

 

Sistem hidup kekeluargaan di Jawa tergambar dalam kekerabatan masyarakat Jawa.

 

 

Jika kita memperhatikan kosakata kekerabatan, tampaklah bahwa istilah yang sama dipakai untuk menyebut moyang, baik pada tingkat ketiga maupun keturunan pada generasi ke tiga, dengan aku sebagai acuan.

Jadi, buyut dapat berarti ayahnya kakek, maupun anaknya cucu, dan seterusnya (wareng, udeg-udeg, gantung siwur, gropak sente, debog bosok) sampai generasi ke sepuluh di mana galih asem dapat menunjukkan, baik nenek moyang maupun keturunan jauh."

Dengan demikian, seluruh susunan kerabat secara berurutan tak terhingga dapat terbayang dalam cermin yang berhadapan.

 

 

 

Selain dari system kekerabatan yang kuat, masyarakat jawa juga memiliki jiwa gotong royong yang sangat besar.

Bahkan Di Jawa, anak-anak sering dibesarkan oleh saudara- saudara, orang tua mereka, bahkan oleh tetangga, dan anak acapkali diangkat.

 

 

Ciri masyarakat Jawa yang lain adalah berketuhanan.

Suku bangsa Jawa sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan baik yang berbentu kepercayaan animisme maupun dinamisme.

 

 

Animisme yaitu suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri.

Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama.

 

 

Baca juga :

 

 

 

Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki roh yang berwatak buruk maupun baik.

Dengan kepercayaan tersebut mereka beranggapan bahwa di samping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia

agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan upacara disertai dengan sesaji.

 

 

Pertama, pelaksanaan upacara dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah agar keluarga mereka terlindung dari roh yang jahat.

Mereka meminta berkah pada roh, dan meminta pada roh jahat agar mengganggunya. Mereka membuat beberapa monumen yang terbuat dari batu-batu besar yang kurang halus pengerjaannya sebagai tempat pemujaan untuk memuja nenek moyang, serta menolak perbuatan hantu yang jahat.

 

 

Arwah yang pernah hidup pada masa sebelumnya dianggap banyak jasa dan pengalamannya sehingga perlu dimintai berkah dan petunjuk.

Cara yang ditempuh untuk menghadirkan arwah nenek moyang adalah dengan mengundang orang yang sakti dan ahli dalam bidang tersebut, yang disebut perewangan, untuk memimpin acara.

Mereka juga membuat patung nenek moyang agar arwah roh nenek moyang masuk dalam patung tersebut dengan bantuan dan upaya perewangan tersebut. Sebagai kelengkapan upacara tersebut

 

 

 

 

 

Upacara kematian secara berurutan diadakan sebagai berikut:

 

Slametan surtanah atau geblak yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang;

slametan nelung dina, yaitu upacara selamatan kematian yang diadakan pada hari ke tiga sesudah saat meninggalnya seseorang;

slametan mitung dina, yaitu upacara selamatan saat sesudah meninggalnya seseorang yang jatuh pada hari ke tujuh.

 

 

Kemudian, slametan matang puluh dina atau empat puluh harinya; slametan nyatus atau seratus harinya

slametan mendak sepisan dan mendak pindo, yaitu setahun dan dua tahunnya; slametan nyewu atau ke seribu harinya; slametan nguwis-uwisi atau peringatan saat kematian seseorang untuk terakhir kali.

 

 

Upacara selamatan dan pertunjukan tari-tarian tradisional serta pertunjukan wayang adalah sisa-sisa tindakan keagamaan orang Jawa peninggalan zaman animisme yang terus dianut dan dilaksanakan sebagai tradisi sampai saat ini.

 

 

Baca juga :

 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp