Pawestren : Corak Khas Arsitektur Masjid Jawa

By. Siti Rahmawati - 09 May 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Di berbagai tempat di mana Islam tumbuh, masjid telah menjadi bangunan yang penting dalam syiar Islam.

Masjid dijadikan sebagai salah satu sarana penanaman budaya Islam sehingga dalam pengertian ini terjadilah pertemuan dua unsur dasar kebudayaan, yakni kebudayaan yang dibawa oleh para penyebar Islam yang terpateri oleh ajaran Islam dan kebudayaan lama yang telah dimiliki oleh masyarakat setempat.

 

 

sumber gambar: https://beritaku.id

 

 

Di sini terjadilah asimilasi yang merupakan keterpaduan antara kecerdasan kekuatan watak yang disertai oleh spirit Islam yang kemudian memunculkan kebudayaan baru yang kreatif,

yang menandakan kemajuan pemikiran dan peradabannya. Oleh karenanya keragaman bentuk interelasi Nilai Jawa dan Islam.

 

 

 

Arsitektur masjid jika dilihat dari satu sisi merupakan pengayaan terhadap khasanah arsitektur Islam, pada sisi yang lain arsitektur masjid yang bernuansa lokal secara psikologis telah mendekatkan masyarakat setempat pada Islam.

Masjid sebagai arsitektur Islam merupakan manifestasi keyakinan agama seseorang. Oleh karenanya tampilan arsitektur Islam tidak lagi hanya pada masjid, tetapi telah tampil dalam bentuk karya fisik yang lebih luas.

 

 

Internalisasi Islam dalam arsitektur di Jawa sebenarnya sudah dapat dilihat sejak awal Islam masuk di Jawa.

Mengingat bahwa salah satu saluran penyebaran Islam di Jawa dilakukan melalui karya seni arsitektur, di antaranya adalah bangunan masjid.

 

 

 

Sementara itu, sebelum Islam masuk di Jawa masyarakat Jawa telah memiliki kemampuan dalam melahirkan karya seni arsitektur, baik yang dijiwai oleh nilai asli Jawa maupun yang telah dipengaruhi oleh Hindu dan Budha.

 

 

Di mana di Jawa telah berdiri berbagai jenis bangunan seperti candi, keraton, benteng, kuburan, meru, rumah joglo, relief pada bangunan gapura, tata ruang desa/kota yang memiliki konsep mencapat, hiasan tokoh wayang pada rumah, kuburan, dan padepokan.

 

 

Baca juga :

 

 

Oleh karena itu, ketika Islam masuk di Jawa keberadaan arsitektur Jawa yang telah berkembang dalam konsep dan filosofi jawa tidak dapat dinafikan oleh Islam.

Jadi, agar Islam dapat diterima sebagai agama orang Jawa, maka sinbol-simbol Islam hadir dalam bingkai budaya dan konsep Jawa, yang kemudian memunculkan kreativitas baru sebagai hasil berasimilasinya dua kebudayaan dan sekaligus sebagai pengakuan akan keberadaan keunggulan muslim Jawa dalam karya arsitektur.

 

 

Seperti halnya bentuk bangunan menara masjid Kudus yang demikian dimaksudkan untuk menarik simpati masyarakat Hindu pada waktu itu untuk memeluk Islam.

Kecuali itu, bangunan tersebut menunjukkan keyakinan akan kedigdayaan Sunan Kudus sebagai penyebar Islam di mana bangunan menara Kudus dipercaya sebagai bangunan yang dibuat oleh Sunan Kudus dalam waktu semalam dan terbuat dari sebuah batu merah yang terbungkus dalam sapu tangan berasal dari Makkah.

 

Selain menara masjid Al-Aqsha di Kudus, bentuk bangunan masjid yang bercorak khas Jawa yang lain adalah bangunan masjid yang memakai bentuk atap bertingkat/tumpang (dua,tiga lima, atau lebih),

dan pondasi persegi. Pondasi yang persegi ini sisinya tepat berada pada arah mata angin.

 

 

Selain soko gurunya juga membentuk sebuah persegi, terdapat pula ciri khas mimbar dengan pola ukiran teratai, mastaka atau memolo, di sebelah timur terdapat pintu masuk dan diperluas dengan adanya serambi, ditengah-tengah tembok sebelah barat ada bangunan menonjol untuk mihrab yang berbentuk lengkung pola kalamakara,

di bagian selatan ada bangunan tambahan yang dihubungkan dengan jendela dan pintu ke bagian dalam yang sering disebut dengan pawestren (krama)/pangwadon (Ngoko), yaitu tempat khusus untuk sholat perempuan.

 

 

Akan halnya bangunan pawestren pada masjid-masjid di Jawa, pawestren di masjid Kudus Kulon tidak berada di sebelah selatan, tetapi berada di sebelah utara dengan melewati pintu gerbang kecil.

 

 

Dilansir dari NU Online, poin penting dengan adanya palastren/pawestren ini perempuan Jawa pada masa itu juga mempunyai hak untuk beribadah di ruang publik.

Wanita seringkali dianggap sebagai makhluk domestik yang wilayah kerjanya hanya di dalam rumah saja.

 

 

Keberadaan palastren/pawastren dalam kebudayaan Jawa menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Islam pada waktu itu menyadari bahwa wanita adalah mahluk yang sama pentingnya dengan laki-laki dalam hal beribadah maupun hubungan sosial.

 

 

Eksistensi palastren/pawastren merupakan wujud dari akulturasi anatara Islam dengan budaya Jawa melalui pendekatan kultural, sehingga wanita juga mempunyai andil yang cukup besar dalam membangun kesalehan ritual dan kesalehan sosial untuk kemaslahatan umat.

 

 

Baca juga :

 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp