Ka’bah Bukan Tujuan, Tapi Pedoman Arah!

By. Siti Rahmawati - 10 May 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Ka'bah terbuat dari batu-batu kasar berwarna hitam yang disusun dengan pola yang sangat sederhana dan celah-celahnya diisi dengan kapur berwarna putih.

 

Ka'bah hanyalah sebuah bangunan berbentuk kubus yang kosong, namun engkau bisa bergetar dan terhenyak dengan apa yang engkau saksikan.

 

Ka’bah yang dapat disaksikan hanyalah sebuah ruang kosong (berbentuk persegi empat). Hanya beginikah? Inikah pusat keyakinan, salat, cinta, dan kematian kita?

 

 

 

 

Berbagai pertanyaan dan keraguan timbul dalam benakmu. Di mana aku berada?

Apa yang ada di sini ini? Yang engkau saksikan adalah antitesis dari imajinasi visualmu tentang Ka'bah.

Sebelumnya mungkin engkau telah membayangkan Ka'bah sebagai sebuah karya arsitektur yang indah (bagaikan sebuah istana) yang atap-atapnya menutupi kesenyapan spiritual.

 

 

Gambaran lainnya mungkin adalah sebuah makam besar yang di dalamnya ada kuburan seorang manusia penting-seorang pahlawan, jenius, imam, atau nabi! \

Oh tidak, malahan ia adalah sebuah bangunan persegi yang terbuka, sebuah ruang kosong.

 

 

Ka'bah tidak merefleksikan kepiawaian arsitektural, keindahan, seni, prasasti, tidak juga kualitas; dan tidak ada kuburan di sana.

Tidak ada apa pun dan tidak ada seorang pun yang dapat menjadi pusat perhatian, perasaan dan kenanganmu.

 

 

Alangkah baiknya menyaksikan Ka'bah yang kosong! Dengan melihat Ka'bah seperti itu maka akan mengingatkan kita bahwa kehadiran kita di sini ini adalah untuk menunaikan ibadah haji.

Ka'bah bukan tujuanmu, tapi hanya sekadar pedoman arah.

Ka'bah hanyalah sebuah rambu penunjuk jalan.

 

 

Baca juga:

 

Setelah memutuskan untuk bergerak menuju keabadian maka engkau pun memulai ibadah haji.

Pergerakan ini adalah pergerakan abadi menuju Allah dan bukan menuju Ka'bah.

Ka'bah adalah awal pergerakan dan bukan akhir (karena di saat akhir maka tidak ada lagi yang dapat dilakukan).

 

 

 

Ka'bah adalah tempat ber- temunya Allah SWT, Ibrahim as., Muhammad saw. dan umat manusia.

Engkau akan hadir di sana hanya jika benakmu tidak terpikat oleh pikiran-pikiran yang bersifat egosentris.

 

 

 

Engkau harus menjadi bagian dari ummah! Setiap orang mengenakan pakaian khusus.

Sebagai orang yang disucikan oleh Allah dan menjadi 'keluarga-Nya' maka engkau dimuliakan oleh-Nya.

 

 

Dia lebih bergairah memperhatikan 'keluarga-Nya' diban- ding yang lainnya.

 

Namun, Ka'bah, milik-Nya dan ru- mah-Nya disebut juga sebagai 'rumah umat manusia'.

 

 

Sebgaimana Firman Allah SWT

 

اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ.

 

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

(QS. Ali 'Imran: 96)

 

 

Engkau tidak diizinkan memasuki rumah suci ini. jika engkau masih memikirkan dirimu sendiri (egois).

Makkah disebut 'Bait-Atiq'. Atiq artinya bebas dan tidak dimiliki oleh siapa pun.

 

 

Ia bebas dari genggaman para penguasa dan penindas; karena itu kota ini tidak ada yang menguasainya.

Pemilik kota Makkah adalah Allah SWT sedangkan manusia yang ada di sana hanya sekadar menghuni.

 

 

Manusia paling tua dan paling suka menentang dalam sejarah umat manusia yang bisa digambarkan di sini adalah Nabi Ibrahim as.

Ia menolak segala berhala di muka bumi karena yang sangat dicintai dan ditaatinya hanyalah Allah semata.

Dengan tangannya sendiri ia membangun Ka'bah. Bangunan ini melambangkan Allah di dunia.

 

 

Bentuk bangunannya sangat sederhana dan tersusun dari batu-batu hitam dari Ajún'. Tidak ada desain ataupun dekorasi.

Namanya, Ka'bah, berarti 'kubus' menurut desain arsitektural-tapi mengapa harus ber- bentuk 'kubus'?

 

 

Mengapa begitu sederhana tanpa warna dan ornamen? Karena Allah Yang Mahakuasa tidak punya 'bentuk', tidak berwarna dan tidak ada yang menyerupai- Nya.

Tidak ada pola atau visualisasi Allah yang dapat diimajinasikan oleh manusia.

Karena Mahakuasa dan Mahaada di mana-mana maka Allah SWT adalah 'mutlak'.

 

 

Meskipun Ka'bah tidak punya arah (karena bentuk- nya seperti kubus), namun dengan menghadap Ka'bah ketika melakukan salat maka engkau telah memilih arah Allah dan menghadap kepada-Nya.

Ketidakberarahan Ka'bah mungkin terasa sulit dimengerti. Namun, dengan kondisi seperti itu berlakulah universalitas dan kemutlakan bentuk Ka'bah. 

 

 

Untuk bangunan yang bersisi enam maka struktur yang sesuai adalah kubus!

Ia meliputi segala arah dan semuanya serempak melambangkan ketiadaan arah, dan simbol sejati dari bentuk ini adalah Ka'bah.

 

 

وَلِلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

 

"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, dan ke mana pun engkau menghadap maka sesungguhnya engkau menghadap Allah."

(QS. al-Baqarah: 115)

 

 

Ketika salat di luar Ka'bah engkau harus menghadapnya. Bangunan apa pun selain Ka'bah pasti meng-arah ke utara, selatan, timur, barat, atas atau bawah.

Ka'bah, sebagai kekecualian, menghadap ke segala arah tapi tidak menghadap apa pun. Sebagai simbol sejati dari Allah, Ka'bah mempunyai banyak arah namun ia tidak mempunyai arah tertentu.

 

 

Di sebelah barat Ka'bah terdapat sebuah dinding pendek setengah ling- karan yang menghadap Ka'bah yang disebut Hajar Ismail.

Hajar berarti pangkuan atau rok. Dinding berbentuk bulan sabit ini menyerupai sebuah pangkuan.

 

 

Baca juga:

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com

 









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp