Batemuritour.com- Bagaikan sungai yang bergemuruh mengitari sebuah batu, Ka'bah dikelilingi oleh lautan manusia yang sangat bergairah.
Ka'bah laksana matahari yang berada di tengah sedangkan manusia laksana bintang-gemintang yang berjalan di orbitnya dalam sistem tata surya.
Karena posisinya di tengah maka manusia bergerak mengelilinginya dalam bentuk lingkaran.
Ka'bah melambangkan ketidakberubahan dan keabadian Allah.
Lingkaran yang bergerak menunjukkan aktivitas dan transisi yang berkesinambungan dari makhluk-Nya.
sumber gambar: sindonews.com
Ketidakberubahan + gerakan + disiplin = Tawaf
Itulah persamaan dari dunia secara keseluruhan. Tawaf merupakan contoh dari sebuah sistem yang berdasarkan pada gagasan tentang monoteisme (tauhid) yang meliputi orientasi sebuah partikel (manusia).
Allah adalah pusat eksistensi; Dia adalah fokus dari dunia yang sementara ini.
Jarak Thawaf
Sebaliknya, kita adalah partikel bergerak yang mengubah posisi kita dari yang sekarang ke yang seharusnya.
Namun dari segala posisi dan di setiap saat senantiasalah engkau mempertahankan jarak yang konstan dengan 'Ka'bah' atau dengan Allah!.
Jarak tersebut tergantung pada jalan yang telah kita pilih dalam sistem ini. Kita jangan menyentuh Ka'bah juga jangan berhenti di sana.
Setiap orang bergerak mengelilingi Ka'bah secara bersamaan dan gerakannya bagaikan satu unit atau satu kelompok manusia.
Dalam kelompok tersebut tidak ada identifikasi individual yang membedakan laki-laki dan perempuan, ataupun kulit hitam dan kulit putih!
Gerakan Thawaf
Gerakan ini merupakan proses trans- formasi seorang manusia menjadi totalitas umat ma- nusia. Semua 'Aku' bersatu menjadi 'Kita' yang mewu- judkan 'umat' dengan tujuan mendekati Allah.
Jalan Allah adalah jalan umat manusia. Dengan kata lain, untuk mendekati Allah kita harus lebih dulu mendekati manusia.
Bagaimana caranya? Untuk mencapai kesalehan kita harus benar-benar terlibat dalam berbagai problem manusia, jangan seperti seorang rahib yang mengisolasi diri di dalam biara tapi aktiflah terjun ke 'lapangan'
melakukan kedermawanan, ketaatan, dan mengorbankan kepentingan diri sendiri, menderita dalam tahanan dan pengasingan, menahan rasa sakit siksaan dan menghadapi berbagai macam bahaya.
Beginilah caranya engkau bersama umat manusia sebagai arena untuk engkau dapat mendekati Allah.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Setiap agama mempunyai jalan hidup kebiaraannya sendiri, dan dalam Islam maka jalan hidup itu adalah 'Jihad'."
Pada saat tawaf engkau tidak boleh memasuki Ka'bah ataupun berhenti di mana pun di sekitarnya.
Engkau harus masuk dan lenyap dalam gelombang manusia. Engkau harus terjun ke dalam arus manusia yang kau menjadi seorang haji.
Baca juga:
Inilah undangan kolektif kepada siapa saja yang ingin datang ke rumah ini.
Apa yang dapat dilihat? Sang Ka'bah tak bergeming di tengah, sementara arus manusia yang bergemuruh dan serba putih bergerak mengelilinginya.
Setiap orang mengenakan pakaian dengan warna dan pola yang sama. Tidak ada perbedaan ataupun penonjolan pribadi dan yang ditunjukkan adalah totalitas serta universalitas sejati.
Di luar Ka'bah, setiap orang mempunyai jalan dan haknya sendiri. "Totalitas' hanyalah sebuah konsep teoretis belaka.
Kemanusiaan' hanya sekadar sebuah gagasan, konsep yang logis dan teoretis.
Jauh dari Ka'bah umat dikenali lewat nama, kewarganegaraan atau ras mereka, tapi di Ka'bah semua ciri ini digantikan dengan konsep totalitas dan universalitas yang menjadi identitas mereka.
Oleh karena itu, yang sedang melakukan tawaf adalah 'ummah' yang mewakili 'umat manusia'.
Jika kita masih dalam keadaan egois (hanya memperhatikan diri sendiri), maka kita sama sekali bukan bagian dari lingkaran tawaf.
Kita akan seperti seorang pengunjung yang berdiri di tepi sungai, tidak di dalamnya. Mereka yang terlepas dari dirinya sendiri adalah manusia yang hidup dan bergerak secara bersamaan.
Mereka yang tidak terpisah dari diri- nya sendiri adalah manusia yang stagnan dan mati.
Mereka bagaikan partikel-partikel yang bertebaran tidak keruan di udara orbit sistemiknya.
Selain itu, di Ka'bah engkau diajarkan untuk membuktikan dirimu sendiri, menunjukkan eksistensimu dan menjadi abadi. Engkau harus menolak sikap egois yang suka memen- tingkan diri sendiri.
Dengan bersikap dermawan, baik hati kepada orang lain, dan mengabdi kepada ummah, kita akan menemukan jati diri dan realitas.
Ketika kita menyerahkan hidupmu di jalan Allah, maka dengan darah yang hangat kita akan mendekati syahadat dan disebut sebagai syahid.
Syahadat itu ada, hidup, nyata dan dapat dilihat. Seorang syahid adalah saksi dan pengunjung yang abadi; ia menunjukkan suatu 'kehidupan yang kekal'.
وَلَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِيۡنَ قُتِلُوۡا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ اَمۡوَاتًا ؕ بَلۡ اَحۡيَآءٌ عِنۡدَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُوۡنَۙ
"Jangan engkau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati! Tidak, sesungguhnya mereka hidup di sisi Allah dan mendapat rezeki."
(QS. Ali Imran: 169)
Karena jalan Allah adalah jalan umat manusia maka hendaklah jalan tersebut ditempuh secara bersama- sama, tidak secara individual.
Tapi bagaimana dengan salat-salat yang dilaksanakan secara individual? Salat-salat tersebut dikerjakan dalam rangka melatihmu untuk melakukan ketaatan,
menunjukkan kedermawanan yang maksimal, menolak sikap mementingkan diri sen- diri, dan berkorban demi orang lain.
Tujuan akhirnya adalah menjadi manusia yang ideal. Manusia adalah wakil Allah. Wakil dan kepercayaan- Nya (Adam) akan ada sepanjang dikehendaki Allah.
Seseorang akan hidup abadi jika ia mati sebagai seorang 'manusia' karena seseorang (individu) bisa binasa sementara 'manusia' abadi.
Setetes air yang bukan bagian dari sebuah sungai atau tidak mengalir ke laut adalah bagaikan embun.
Ia hanya bertahan semalam dan akan lenyap begitu senyuman pagi sinar mentari merekah.
Wahai manusia, terjunlah ke dalam sungai dan mengalir, mencapai laut dan menjadi abadi!
Wahai embun, mengapa engkau menanti di tepi sungai yang mengingatkanmu akan keselarasan penciptaan? Maju dan bersatulah dengan ummah.
Tapi sebelum ber- gabung engkau harus sepenuhnya sadar akan apa yang sedang engkau lakukan dan mengapa engkau lakukan.
Engkau harus mengakuinya demi Allah, tidak demi dirimu sendiri dan demi fakta-fakta, tidak demi politik!
Di sini setiap perbuatan memiliki makna pen- ting. Gerakan abadi ini diarahkan oleh disiplin yang akurat, dan merefleksikan organisasi dunia.
Baca juga :
Ka’bah Bukan Tujuan, Tapi Pedoman Arah!
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com