Batemuritour.com- Dalam kamus bahsa arab , harta berasal dari kata maal yang diartikan antara lain dengan segala yang dimiliki, baik zatnya maupun manfaatnya.
Para ulama memiliki pandangan yang berbeda dalam mendefinisikan harta. Namun, mayoritas menyatakan bahwasannya harta adalah segala hal yang memiliki nilai yang mengharuskan pihak Lin bertanggung jawab jika merusaknya.
Tentu saja semakin bernilai suatu harta semakin diminati dan dicintai oleh pemiliknya.
Sumber gambar: freepik.com
Lalu bagaimana pandangan agama islam terhadap cinta harta?
Pada dasarnya mencintai harta dan memiliki sebanyak apapun tidak dilarang, selama cara memperoleh dan penyalurannya sah.
Sosok nabi Sulaiman putra dari Nabi Dawud merupakan sosok yang kaya raya. Beliau memohon agar dianugerahi kekuasaan,
Sebagaimana diceritakan di dalam al-Quran:
قَالَ رَبِّ ٱغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi".
Baca juga :
Semua orang tentunya mendambakan kebahagiaan, namun sebagian besar tidak mengetahui apa yang membahagiakannya.
Lalu muncul pertanyaan, apakah harta menjadi tolok ukur dari kebahagiaan?
Tentu jawaban yang akan muncul adalah relatif. Namun perlu kita sadari dan kita Yakini bahwasannya harta tidak menjadi alasan sebuah kebahagiaan.
Dalam al-quran bahkan memperingatkan tentang konsekuensi memiliki harta yang berlebihan. Orang bijak Abu al-‘athiyah juga mengingatkan bahwasannya salah satu dari tiga sebab yang mendorong ke arah negatif adalah harta disamping masa muda dan pengangguran.
Rasulullah SAW juga telah mengingatkan dan memperingatkan:
ما الفقر اخشى عليكم ولكني اخشى ان تبسط الدنيا عليكم كما بسطت
على من قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها فتهلككم كما اهلكهم
"Bukannya kefakiran yang kukhawatirkan atas kamu, tetapi yang kukhawatirkan adalah dilapangkannya dunia terhadap kalian sebagaimana pernah dilapangkan kepada umat-umat sebelum kamu sehingga kamu berlomba memperebutkannya sebagaimana mereka berlomba yang mengakibatkan kamu binasa sebagaimana mereka binasa."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa kondisi kemiskinan tidak (terlalu) mengkhawatirkan. Dibandingkan dengan kekhawatiran beliau menyangkut limpahan harta, karena seorang miskin biasanya tidak memiliki banyak peluang untuk melanggar, sedang peluang pemilik harta untuk berfoya-foya bahkan melakukan kegiatan negatif jauh lebih besar daripada yang tidak memilikinya.
Kelebihan harta berpotensi mengantar seseorang terbiasa dengan kenikmatan sehingga membuatnya malas dan lengah, lupa diri. dan lupa Tuhan sehingga mengabaikan kewajiban dan melecehkan orang lain (QS. al-'Alaq: 6-7).
Baca juga:
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com