Mengenal 2 Nilai Kemanusiaan dalam Rukun Ibadah Haji

By. Darma Taujiharrahman - 12 May 2023

Bagikan:
img

batemuritour.com – Sebagai suatu amalan yang menjadi bagian dari rukun Islam, Haji merupakan salah satu ibadah yang tidak hanya tercatut dalam dimensi ubudiyah namun juga mampu melintas pada dimensi realitas.

 

Dimensi realitas ini dapat dirasakan jika memandang haji bukan hanya sekedar sebagai runtutan ritual yang dikerjakan berdasarkan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan dalam syariat.

 

Sebagian orang pasti akan menganggap bahwa ibadah haji merupakan amalan yang eksklusif mengingat keberangkatannya saja membutuhkan biaya yang tidak murah. Hal ini tentu berlaku bagi mereka yang memiliki persepsi bahwa mengamalkan ibadah haji adalah mengerjakan seluruh rukun dan sunnahnya saja.

 

Baca juga:

 

Nasarudin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, haji dalam perspektif ahli hakikat lebih dalam lagi. Dalam perspektif hakikat, haji tidak sekadar mengamalkan rukun-syarat disertai penghayatan mendalam. Namun, mereka memaknai ritualitas haji dan umrah sarat dengan peristiwa simbolis.

 

Cara pandang demikian ini menjadikan setiap rukun haji dikerjakan sebagai suatu simbol yang memiliki filosofi realitas.

 

Dalam kisah tentu sering kita dengan bahwa banyak ulama Indonesia terdahulu yang berangkat ke Mekah untuk berhaji dan sholat Jumat. Cerita ini kadang dapat diterima dengan akal ataupun hanya dianggap sebagai fiksi belaka.

 

Mengingat bahkan pada abad ke 20 ini saja, memerlukan waktu antri bertahun – tahun untuk dapat melakukan keberangkatan haji.

 

Dalam pandangan para ahli hakikat hal tersebut merupakan fenomena yang dapat saja terjadi, karena secara hakikat Kabah dan Masjidil Haram ini terletak pada hati sanubari manusia, rumah Tuhan merupakan simbol tempat terpancarnya kebaikan, yaitu hati.

 

Hal ini kenapa banyak disampaikan dalam istilah bahwa “Ka’bah bukanlah tujuan, melainkan arah panduan”.

 

Filosofi utama dalam haji adalah diwajibkannya ihrom. Yaitu melepaskan segala atribut yang menempel dalam diri, secara syariat tentu saja pakaian yang kita kenakan sehari-hari harus diganti dengan kain ihrom, tanpa jahitan, cukup dibalutkan.

 

Kaum perempuan pun harus melakukan hal yang sama mengenakan kain ihrom yang dapat saja tiba-tiba terbuka, atau jika terlalu ketat akan memperlihatkan lekuk tubuh, dengan kata lain mengundang birahi. Dalam ibadah haji itulah angkara, egoisme, dan birahi dileburkan.

 

Hal ini tentunya bukan hanya sekedar ritual semata, melainkan sebagai suatu ujian kesabaran bagi umat muslim ketika mereka diberi aturan yang menyamaratakan derajat mereka di antara umat muslim di sana.

 

Selain kedua hal diatas, tentunya masih banyak simbol lain yang dapat difahami dalam melaksanakan ibadah haji ataupun umroh.

  

Baca juga:

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp