Diculik Mbah Hadi Giri Kusumo, Inilah Kisah KH Soleh Darat Semarang

By. Siti Rahmawati - 17 May 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Bagi anda warga Kota Semarang, mungkin tidaklah asing dengan sosok KH Soleh Darat. Namun apakah anda pernah mendengar cerita bagaimana bisa akhirnya KH Soleh Darat pulang ke Semarang? Hal ini tidak lepas dari sosok Mbah Hadi Giri Kusumo yang menculik KH Soleh Darat.

 

 

KH Sholeh Darat merupakan ulama besar yang lahir di Jepara pada tahun 1820. Ia merupakan ulama yang diriwayatkan menjadi guru KH Hasyim Asy'ari (Pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah).

 

 

Sumber gambar : Tanwir.id

 

 

Ketika lahir, ia diberi nama Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani oleh ayahnya, Kiai Umar. Kiai Umar sendiri adalah seorang pejuang kemerdekaan dan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro di pesisir utara Jawa Tengah. Ketika masih kecil KH Sholeh Darat mendapat pendidikan awal ilmu agama dan Al-Qur'an dari ayahnya.

 

 

KH Sholeh Darat juga menjadi salah satu ulama yang mendapat izin atau lisensi untuk mengajar di Mekkah, Arab Saudi. Setelah dari Mekkah, KH Sholeh Darat mendirikan Pesantren di Darat, Semarang dan mengabdikan diri pada dakwah Islam hingga ia meninggal dunia pada tahun 1903.

 

 

KH. Sholeh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Ia adalah pendukung paham teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah. Pembelaannya terhadap paham ini jelas kelihatan dalam bukunya, Tarjamah Sabil al-’Abid ‘ala Jauhar at-Tauhid.

 

Dalam buku ini, ia mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulullah SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan sepeninggal beliau, dan hanya satu golongan yang selamat.

 

 

Menurut KH. Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.

 

 

 

Baca juga:

 

Beda Istinja’ dan Istijmar Berikut Hukum dan Ketentuannya !

 

Pahami Bersuci Dengan Tisu ! Apakah Sah Hukumnya ?

 

 

Ketinggian ilmu Kiai Shaleh Darat tidak hanya bisa dilihat dari karya-karya monumental dan keberhasilan para santrinya menjadi para kiai besar tetapi juga bisa dilihat dari pengakuan penguasa Mekkah saat Kiai Shaleh Darat bermukim di Mekkah. Ia dipilih menjadi salah seorang pengajar di Mekkah. 

 

 

Di sinilah Kiai Shaleh Darat bertemu dengan Mbah Hadi Girikusumo pendiri pondok pesantren Ki Ageng Girikusumo, Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Beliau merupakan figur yang sangat berperan dalam menghadirkan Kiai Shaleh Darat ke bumi Semarang.

 

 

Melihat kehebatan Kiai Shaleh Darat Mbah Hadi Girikusumo merasa terpanggil untuk mengajaknya pulang bersama-sama ke tanah air untuk mengembangkan Islam dan mengajar umat Islam di Jawa yang masih awam.

 

Akhirnya para santri yang diajarkan menjadi ulama-ulama besar yang mengajar dan mendirikan pesantren se antero Nusantara.

 



Awal status Kiai Shaleh Darat sudah diikat kontrak oleh penguasa Mekkah untuk menjadi pengajar di Mekkah, sehingga ajakan pulang itu ditolak. Namun Mbah Hadi nekat, Kiai Shaleh Darat diculik, di ajak pulang. Agar tidak ketahuaan, saat mau naik kapal untuk pulang ke tanah Jawa, Kiai Shaleh Darat dimasukkan ke dalam peti bersama barang bawaannya.

 

 

 

Namun di tengah jalan ketahuan, jika Mbah Hadi menculik salah seorang ulama di Masjid Mekkah. Akhirnya pada saat kapal merapat di pelabuhan Singapura, Mbah Hadi ditangkap. Jika ingin bebas maka harus mengganti dengan sejumlah uang sebagai denda.
 


Para murid Mbah Hadi yang berada di Singapura mengetahui bila gurunya sedang menghadapi masalah besar, akhirnya membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan mengumpulkan dana iuran untuk menebus kesalahan mbah Hadi dan menebus uang ganti kepada penguasa Mekkah atas kepergian Kiai Shaleh Darat. Akhirnya, mbah Hadi dan Kiai Shaleh Darat berhasil melanjutkan perjalanan dan berhasil mendarat ke Jawa.
 

 

 

 

Mbah Hadi langsung kembali ke Girikusumo, sedangkan Kiai Shaleh Darat menetap di Semarang, mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader pelanjut perjuangan Islam. Sayang sekali, sepeninggalan Kiai Shaleh Darat, pesantrennya tidak ada yang melanjutkan, kini di bekas pesantren yang dulu digunakan oleh Kiai Shaleh Darat untuk mengajar mengaji hanya berdiri sebuah masjid yang masih digunakan untuk menjalankan ibadah umat islam di kampung Darat Semarang.

 

 



Di antara tokoh yang pernah belajar kepada Kiai Shaleh Darat adalah: KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhamadiyah), Kiai R. Dahlan Tremas, seorang Ahli Falak (w. 1329 H), Kiai Amir Pekalongan (w. 1357 H) yang juga menantu Kiai Shaleh Darat, Kiai Idris (nama aslinya Slamet) Solo, Kiai Sya’ban bin Hasan Semarang, Kiai Abdul Hamid Kendal; Kiai tahir, penerus pondok pesantren Mangkang Wetan, Semarang; Kiai Sahli kauman Semarang; Kiai Dimyati Tremas; Kiai Khalil Rembang; Kiai Munawir Krapyak Yogyakarta; KH. Dahlan Watucongol Muntilan Magelang, Kiai Yasin Rembang; Kiai Ridwan Ibnu Mujahid Semarang; Kiai Abdus Shamad Surakarta; Kiai Yasir Areng Rembang, serta RA Kartini Jepara.

 

 

 

Baca juga: 

Baru !! Jeep Tour Gunung Batur Nikmati Pesona Black Sand & Lava, Sudah Pernah Kesini?

 

 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com


 









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp