Batemuritour.com- "Bagaikan sungai yang bergemuruh mengitari sebuah batu, Ka'bah dikelilingi oleh lautan manusia yang sangat bergairah."
"Ka'bah laksana matahari yang berada di tengah sedangkan manusia laksana bintang-gemintang yang berjalan di orbitnya dalam sistem tata surya."
Kutipan di atas adalah ungkapan yang disampaikan oleh Dr.Ali Syari'ati tentang bagaimana menggambarkan bagaimana tentang keagungan ka'bah, salah satu simbolis penting dalam pelaksanaan ibadah haji.
Sumber gambar : islamicwallartstore.com
Haji ke Baitullah merupakan salah satu ritus keagamaan bagi pemeluk agama-agama samawi. Ia telah dilaksanakan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad.
Menurut beberapa sumber, Nabi Adam telah melaksanakan ibadah haji dengan cara thawaf (mengelilingi Ka'bah) setelah membangun Ka'bah di Makah.
Nabi Ibrahim bersama puteranya, Ismail, setelah membangun kembali Ka'bah, memohon kepada Allah agar amalnya diterima, anak cucunya dijadikan sebagai umat yang tunduk kepada-Nya, dan diberikan petunjuk ten- tang tata cara pelaksanaan haji.
Permohonan keduanya terkabul. Ayah dan puteranya diperintahkan oleh Allah untuk melakukan tawaf dalam rangka melaksanakan haji.
Nabi Ibrahim pun diperintahkan oleh Allah untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji ke Baitullah.
Beberapa nabi lainnya, seperti Nuh, Hud, Shaleh, dan Syu'aib dikabarkan juga pernah melaksanakan haji ke Baitullah. Orang Arab pada masa Jahiliah, masa sebelum Nabi Muhammad, juga memelihara tradisi Nabi Ibrahim tersebut, meskipun dengan cara yang agak berbeda.
Baca juga:
Haji Menjadi Ibadah Pokok Para Nabi
Haji, merupakan ibadah pokok bagi para nabi. Tata cara pelak- sanaan haji antara satu nabi dengan nabi lainnya terdapat perbedaan.
Hal itu disebabkan oleh keberagaman kondisi umat manusia dan lingkungan yang ada di sekitar nabi yang satu dengan yang lainnya.
Kondisi dan lingkungan secara alamiah (sesuai dengan sunnatullah), berkembang secara evolusi ke arah kesempurnaan.
Agama yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia tentu dapat mengantisipasi perkembangan zaman melalui penyesuaian syari'at suatu agama yang dibawa oleh seorang nabi.
Dengan demikian, syari'at agama seorang nabi dapat berbeda dengan nabi lainnya. Sementara aqidah tidak mengalami perbedaan. Menurut Islam, aqidah pada semua agama samawi (prophetic) adalah sama, yaitu tauhid, percaya kepada Tuhan Yang Esa.
Ibadah Haji Nabi Adam AS
Pada masa Nabi Adam, pelaksanaan ibadah haji tentu masih sangat sederhana. Menurut Abu Hurairah yang diperkuat oleh Muhammad bin al-Munkadar dan Ibn Abû Lubaid al-Madânî, Adam melaksanakan ibadah haji setelah selesai membangun Ka'bah.
Ketika itu Nabi Adam dibimbing oleh malaikat, baik tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji maupun ucapan doanya.? Ibn Abbas menambahkan bahwa Nabi Adam melaksanakan tawaf sebanyak tujuh putaran.
Lebih lanjut Abdullah ibn Abi Sulaiman meriwayatkan bahwa setelah Nabi Adam menyelesaikan tawaf, ia kemudian mengerjakan shalat dua rakaat di depan pintu Ka'bah dan diakhiri dengan berdoa di pintu multazam." Dari beberapa sumber yang ada terdapat perbedaan redaksi doa yang dipanjatkan oleh Nabi Adam, namun intinya sama.
Nabi Adam memohon agar Allah mengampuni dosanya dan juga dosa anak cucu- nya yang datang berhaji ke Baitullah, berdoa agar permohonannya diterima, dipenuhi kebutuhannya, diteguhkan imannya, dan agar ia dapat menerima dengan ridha setiap musibah yang menimpanya.
Demikianlah, dari empat komponen penting haji: waktu, tempat, perbuatan, dan ucapan (doa) yang dilaksanakan oleh Nabi Adam, hanya waktu pelaksanaannya saja yang tidak diketahui.
Adapun tempat yang digunakan oleh Nabi Adam untuk melaksanakan ibadah haji baru terbatas pada Ka'bah sebagai "rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) umat manusia yang berada di Makah."
Tampaknya terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama tentang apa yang dimaksudkan dengan bait (rumah) dalam QS. Ali Imran [3]: 96.
Sebagian di antara mereka menganggap bahwa yang dimaksud bukanlah Ka'bah dengan alasan bahwa sebelumnya telah terdapat banyak rumah untuk menyembah Allah.
Akan tetapi, pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud "rumah" dalam ayat itu adalah Ka'bah yang selama ini "diberkati" dengan ibadah kepada Allah melalui haji dan mendapat "petunjuk" untuk mengadakan tawaf, membesarkan dan memuliakan Allah, sebagaimana dinyatakan pada penghujung ayat itu."
Interpretasi kedua itu menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa Ka'bah pertama kali dibangun oleh Nabi Adam.
Doa itu disampaikan oleh Nabi Adam menurut bahasanya sendiri. Ketika dirumuskan dalam bahasa Arab oleh para narasumber, perbedaan redaksional tidak dapat dihindari.
Baca juga :
Ka’bah Bukan Tujuan, Tapi Pedoman Arah!
Seruan Haji Pertama Kali oleh Nabi Ibrahim
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com