Batemuritour.com- Ibnu Sina, atau dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat, bukanlah sosok yang hanya dihormati di kalangan muslim, melainkan juga diakui kehebatannya di Eropa. Ia tidak sekadar dikenal sebagai seorang tokoh berpengaruh di dunia Islam, melainkan sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Walaupun telah lama berpulang, namanya tetap mengilhami para ilmuwan dan mahasiswa kedokteran hingga saat ini.
Baca juga: Do'a Sebelum dan Setelah Memakai Pakaian
Perjalanan hidup Ibnu Sina penuh dengan perjuangan dan rintangan. Namun, kesabaran dan ketekunannya dalam merawat pasien serta doa kepada Allah SWT menjadi kunci kesuksesannya. Dalam menjalani karir kedokterannya, Ibnu Sina senantiasa berserah diri kepada Allah, memohon petunjuk dalam pengobatan.
Buku-buku karya Ibnu Sina tidak hanya menjadi sumber ilmu bagi kalangan muslim, tetapi juga dihormati di kalangan Eropa. Ibnu Sina dikenal sebagai dokter yang telaten merawat pasiennya, dan dari situlah ilmu kedokterannya terus berkembang.
Ibnu Sina memiliki keyakinan bahwa penyakit berasal dari Allah dan obatnya juga dari Allah. Setiap kali ia mengobati pasien, doa senantiasa menyertai usahanya. Meskipun dokter berusaha, tetapi kesembuhan tetaplah kehendak Allah. Ini mencerminkan ketakwaan Ibnu Sina dalam praktik kedokterannya.
Baca juga: Doa Makan: Mengawali Setiap Hidangan dengan Rasa Syukur
Ibnu Sina memahami pentingnya bahan alami dalam pengobatan. Contohnya, ia mengandalkan kunyit sebagai salah satu obat andalannya. Melalui penelitian, Ibnu Sina menemukan bahwa kunyit tidak hanya meredakan rasa nyeri, tetapi juga memiliki manfaat untuk metabolisme, pencernaan, detoksifikasi, dan bahkan kecantikan kulit. Keterampilan Ibnu Sina dalam meramu obat dari alam menjadi dasar bagi pengembangan pengobatan alami hingga saat ini.
Meskipun teknologi kedokteran pada zamannya belum seadvanced sekarang, Ibnu Sina memiliki pemahaman yang luar biasa terkait anatomi dan berbagai penyakit. Ia bahkan menulis buku tentang patah tulang dan cara perawatannya, yang masih menjadi rujukan dalam dunia kedokteran modern. Ibnu Sina juga menjelaskan penyakit tumor dan kanker, suatu pencapaian yang luar biasa mengingat penyakit ini menjadi perhatian utama dalam era kedokteran modern.
Ibnu Sina tidak hanya menonjol dalam ilmu kedokteran, tetapi juga menulis ratusan buku sepanjang hayatnya. Karya-karyanya melibatkan berbagai bidang, termasuk agama, sastra, astronomi, dan lainnya. Salah satu karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi at-Tibb (Prinsip-Prinsip Kedokteran), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul The Canon of Medicine dan menjadi rujukan utama dalam kedokteran dunia.
Bukti kehebatan Ibnu Sina terletak pada pengakuan dan penghargaan yang diterimanya di dunia Barat. Gelar "Medicorum Principal" alias Raja Diraja Dokter diberikan kepadanya oleh dunia kedokteran Eropa. Karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi bahan rujukan utama dalam perkembangan ilmu kedokteran di Barat.
Saat berada di puncak tugas mulianya sebagai seorang pengajar pada bulan Ramadhan Juni 1037, Ibnu Sina menghembuskan nafas terakhirnya. Namun, warisannya terus hidup melalui karya-karya monumentalnya yang terus menginspirasi generasi setelahnya.
Ibnu Sina layak dianggap sebagai Bapak Kedokteran Dunia, dan pencapaian serta ketekunan yang ditunjukkannya memberikan inspirasi bagi para profesional kesehatan dan ilmuwan di seluruh dunia. Meskipun berabad-abad telah berlalu sejak wafatnya, Ibnu Sina tetap menjadi panutan dalam menyikapi ilmu pengetahuan, pengobatan, dan kehidupan secara holistik. Semoga semangat dan warisan kearifan Ibnu Sina terus mengilhami dan memberi manfaat bagi umat manusia. Wallahua a'lam.